Keduanya memamerkan alat Detector Box for CO dan CO2 (D-Box CC) di kompetisi International Exhibition for Young Inventors (IEYI) atau kompetisi pemaren penemu muda internasional di China. Kompetisi ini diikuti oleh tujuh negara yakni Jepang, Taiwan, China, Singapura, Macau, Hong Kong, Indonesia dan Malaysia. Karya mereka meraih juara pertama kategori safety and health.
"Alhamdulillah dapat medali emas," ucap Aan saat berbincang dengan detikcom, Jumat (22/7/2016)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya dari masalah. SMA 1 Tarakan di Kalimantan Utara pernah dapat kiriman asap dan alat pendeteksi udara harus pinjam ke BMKG pusat yang jauh makanya kami mencoba membuat alat ini," katanya.
Alat ini terdiri dari sensor, LCD, LED, batrai dan perangkat lainnya. Aan mengatakan D-Box CC menggunakan sensor untuk mendeteksi konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang ada di sekitar lingkungan.
Foto: Dokumen pribadi |
Prinsip kerjanya, sensor mendeteksi konsentrasi gas CO dan CO2. Selanjutnya melalui tahapan kalibrasi dikonversi menjadi satuan ppm.
"Data dari sensor akan ditampilkan pada LCD dan digunakan sebagai pemicu LED sesuai dengan level konsentrasi gas CO dan CO2," kata Aan.
Bila konsentrasi gas CO dan CO2 dalam konsentrasi yang aman maka LED berwarna hijau akan menyala, bila dalam konsentrasi sedikit berbahaya maka LED kuning akan menyala, dan bila konsentrasi gas CO dan CO2 dalam level berbahaya LED merah akan menyala.
"Kalau udara buruk ada suara disarankan meninggalkan ke lokasi atau menggunakan masker. Kalau udara bagus alarmnya mati, indikatornya hijau itu artinya aman," ucap Aan.
Saat mengikuti ajang IEYI (Foto: Dokumen pribadi) |
Selain itu D-Box CC juga dapat menampilkan konsentrasi gas CO dan CO2 dalam bentuk grafik dan numerik karena dilengkapi dengan aplikasi yang dapat digunakan pada komputer untuk melakukan analisis.
Alat ini sudah diuji coba di laboratorium dan hasilnya bisa beroperasi dengan baik. Bentuknya yang mini dan powernya menggunakan batre membuat alat ini mudah dibawa kemana-mana.
"Bisa dibawa ke mana-mana alatnya jadi flexible," kata siswa jurusan SMA ini.
Foto: Dokumen pribadi |












































Foto: Dokumen pribadi
Saat mengikuti ajang IEYI (Foto: Dokumen pribadi)
Foto: Dokumen pribadi