Ini Curhatan Istri dr Indra Tersangka Kasus Vaksin Palsu RS Harapan Bunda

Kasus Vaksin Palsu

Ini Curhatan Istri dr Indra Tersangka Kasus Vaksin Palsu RS Harapan Bunda

Herianto Batubara - detikNews
Rabu, 20 Jul 2016 18:48 WIB
dr Indra Sugiarno SpA (Foto: istimewa)
Jakarta - dr Indra Sugiarno SpA menjadi salah satu dari 23 orang tersangka dalam kasus vaksin palsu. Istri dr Indra, Dini Kusdiani, meyakini suaminya tidak bersalah.

Dini mengatakan, dr Indra sudah 30 tahun lebih mengabdikan diri sebagai dokter anak. Dalam kasus ini, dia meyakini suaminya hanyalah korban. Dia membenarkan bahwa dr Indra membeli vaksin dari seorang sales bernama Syahrul -- yang juga telah menjadi tersangka -- namun suaminya telah bersumpah di hadapannya bahwa tak mengetahui vaksin yang dijual itu palsu.

"Oleh karena itu, tuduhan terhadap keterlibatan dr Indra di dalam kasus vaksin palsu, apalagi sebagai pengedar sangat jauh dari bayangan kami semua terutama dr Indra pribadi dan keluarganya. Hal itu bagi kami sekeluarganya dan dr Indra sendiri memandangnya sebagai suatu fitnah yang keji karena jelas bertentangan dengan visi dan misi keluarga kami. Tidak pernah sedikit pun terlintas niat jahat untuk melukai pasien-pasien beliau yang amat sangat dicintainya," ujar Dini dalam sebuah pernyataan yang dikirimkannya kepada detikcom, Rabu (20/7/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam surat pernyataan pada Minggu (17/7/2016), keluarga besar dr Indra mengatakan bahwa dr Indra juga menyuntikkan vaksin yang didapatnya dari Syahrul itu ke anak dan cucunya. Syahrul menurut keluarga besar dr Indra -- yang disebut sesuai pengakuan dr Indra -- juga menjual vaksin itu kepada dokter-dokter anak lainnya di RS Harapan Bunda.

(Baca juga: Keluarga: dr Indra Tak Tahu Vaksin Itu Palsu, Diberikan Juga ke Anak Cucu)

Karena itu, keluarga besar dr Indra menilai dr Indra telah dijadikan tumbal oleh RS Harapan Bunda. Opini publik digiring sedemikian rupa seolah-olah hanya dr Indra yang menggunakan vaksin yang didapat dari Syahrul itu. Padahal menurut dr Indra, dirinya bahkan menggunakan vaksin itu setelah dokter-dokter lainnya menggunakan.

Berikut ini adalah pernyataan Dini hari ini:

Bismilahirahmanirahim

Assalamualaikum wr wb,

Pertama-tama sebagai istri, saya atas nama keluarga, sekali lagi, ingin mengucapkan rasa prihatin dan duka cita yang mendalam atas musibah besar yang terjadi pada kita semua. Yang menyangkut harga diri, profesi, dan yang paling utama adalah pada anak-anak, bayi, dan balita di Indonesia terutama yang terindikasi terkena vaksin palsu.

Terkait banyaknya pertanyaan dari pasien-pasien dr Indra, di sini sebagai keluarga saya ingin kembali menyampaikan, bahwa dr Indra tidak pernah bermaksud untuk melukai pasien-pasiennya. Karena sesuai dengan apa yang diyakininya dan kematangan pribadi yang sudah melewati begitu banyak gelombang hidup, dr Indra punya komitmen dan visi bahwa uang bukanlah segalanya.

Sebagai dokter anak, bagi dr Indra dan keluarganya penghasilan dari jasa praktik dokter, jasa rawat inap, dan jasa tindakan sudah lebih dari cukup untuk membiayai hidup sehari-hari.

Sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya yaitu sebagai dokter anak yang telah menjalani Fellowship PerinatologI FKUI RSCM, terkadang mengharuskannya pergi jauh ke berbagai pelosok negeri ini sebagai konsultan yang dikoordinir oleh Kementerian Kesehatan (Direktorat Kesehatan Anak) bersama UNICEF dan WHO dalam kaitannya dengan kesehatan bayi baru lahir. Concern beliau terhadap bayi dan anak-anak Indonesia, membuat beliau sampai rela kehilangan jasa praktik dokternya dikarenakan harus menjadi konsultan di daerah pelosok tersebut selama 5-7 hari.

Rasa cinta beliau terhadap bayi-bayi di Indonesia, semakin intens ketika beliau menjabat sebagai Sekretaris UKK Perinatologi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) selama 2 periode. Dan 3 tahun sebelumnya, dr Indra pernah menjabat sebagai Ketua Satgas Perlindungan Anak Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang sangat concern terhadap pemenuhan hak-hak anak untuk tumbuh kembang optimal anak. Dalam hubungannya dengan posisi beliau sebagai staf forensik FKUI RSCM, beliau menaruh perhatian besar terhadap perlindungan anak dari kekerasan dan kejahatan. Salah satunya menjadi saksi ahli untuk kasus pernikahan di bawah umur (kasus Syech Puji).

Dr Indra juga sering diundang oleh banyak forum baik nasional maupun internasional dalam kaitannya dengan pengetahuan beliau tentang ilmu kesehatan anak. Bahkan selama beberapa tahun, beliau menjadi relawan yang berpraktik dokter spesialis anak di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa melayani pasien-pasien yang tidak mampu.

(Baca juga: Datangi Bareskrim, Keluarga Dokter Indra Ajukan Penangguhan Penahanan)

Dari latar belakang yang saya sampaikan tersebut, saya sebagai istri hanya ingin menggambarkan bahwa komitmen hidup dan visi beliau adalah menggunakan segala potensi yang dimilikinya untuk menjadi seorang yang berdaya guna untuk bangsa ini. Dengan segala kiprah beliau di bidang ilmu kesehatan anak tersebut, beliau ingin anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang tumbuh sehat, cerdas, dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.

Oleh karena itu, tuduhan terhadap keterlibatan dr Indra di dalam kasus vaksin palsu, apalagi sebagai pengedar sangat jauh dari bayangan kami semua terutama dr Indra pribadi dan keluarganya. Hal itu bagi kami sekeluarganya dan dr Indra sendiri memandangnya sebagai suatu fitnah yang keji karena jelas bertentangan dengan visi dan misi keluarga kami. Tidak pernah sedikit pun terlintas niat jahat untuk melukai pasien-pasien beliau yang amat sangat dicintainya.

Terkait perkara kasus vaksin palsu yang kini menimpanya, dr Indra dan keluarganya meyakini bahwa beliau tidak punya itikad atau niat untuk terlibat. Lebih dikarenakan dorongan dan rasa cinta beliau untuk memenuhi kebutuhan pasien-pasiennya akan vaksin yang mengalami kelangkaan selama hampir 9 bulan sampai pertengahan Juni 2016 kemarin, beliau mengupayakan apa yang beliau rasa harus dipenuhi untuk pasien-pasiennya tersebut.

Di balik tindakan beliau yang ingin mengupayakan apa yang terbaik untuk pasien-pasiennya, dr Indra punya pengalaman. Ketika beliau berpraktik di RS Sentra Medika Cimanggis, ada bayi yang mengalami radang paru paru berat karena pertusis sehingga harus dirawat di ruang ICU anak karena belum mendapat imunisasi DPT. Sehingga pada saat seorang medical representatif dari PBF yang bonafid menawarkan beberapa vaksin DPT (Pediacel) di periode Februari 2016-Juni 2016 ketika terjadi kelangkaan, Med Rep tersebut dapat meyakinkan beliau bahwa vaksin yang dibeli itu asli. Dr Indra memilih menggunakannya.

Pikiran dan hati beliau saat ini masih selalu dan akan selalu untuk anak-anak Indonesia, khususnya pasien-pasien yang saat ini masih banyak mendukung dan membutuhkannya. Terutama pasien-pasien bayi baru lahir yang bermasalah seperti bayi dengan berat rendah, lahir dengan kelainan bawaan, dan bayi-bayi yang baru lahir dengan kondisi bermasalah. Hal itu masih terus menjadi beban pikirannya sampai detik ini.

Beban pikirannya bertambah bila mengingat pasien-pasiennya yang beliau khawatirkan terpapar vaksin yang diduga palsu, termasuk yang disuntikkan kepada anak dan cucu-cucunya. Beliau merasa tidak berdaya karena tidak dapat melakukan pendampingan kepada pasien-pasien tersebut. Karena saat ini beliau sedang berada dalam tahanan Bareskrim Mabes Polri dimana beliau tidak dapat diakses oleh pasien-pasiennya yang sampai saat ini terus berusaha menghubungi beliau via telepon, SMS, WhatsApp, dan Facebook karena masih membutuhkan kehadirannya. Namun karena kondisi beliau, alat komunikasi yang dapat berhubungan dengan pasien dikelola oleh saya istrinya yang hanya dapat memberikan bantuan moril dan perasaan ingin saling menguatkan satu sama lain.

Sebenarnya ketika kasus vaksin palsu mencuat, dokter Indra langsung menghubungi salah satu pengurus IDAI untuk melakukan penelitian survei dengan metoda yang direkomendasikan WHO (30 by 7) untuk memetakan suatu persoalan di tingkat nasional. Penelitiaan tersebut bertujuan untuk memetakan imunitas atau kekebalan bayi terhadap penyakit DPT, agar dapat diusulkan oleh IDAI kepada Kemenkes dan BPOM untuk menghindari kericuhan secara nasional seperti yang terjadi sekarang ini. Yang telah menghancurkan perasaan dan nurani kita semua sebagai bangsa. Dan kami semua jajaran keluarga merasakan bahwa ini bukanlah hanya sekadar bencana keluarga semata, tapi merupakan bencana nasional yang harus menjadi keprihatinan kita semua dan dicarikan solusinya bersama-sama.

Akhir kata saya sebagai istrinya dan juga keluarga besarnya masih meyakini bahwa beliau adalah aset bangsa ini. Kompetensi dan kemampuan yang dimilikinya masih sangat dibutuhkan. Regulasi, kebijakan, dan pengawasan yang menjadi tanggung jawab badan-badan terkait diharapkan mampu membuat aset-aset bangsa seperti dokter-dokter anak di seluruh Indonesia agar dapat bekerja dengan baik sesuai dengan kapasitasnya.

Hikmah yang didapat dari ini semua menurut dr Indra adalah bahwa peristiwa ini merupakan suatu ujian yang memang harus dilewatinya yang dapat meningkatkan derajat beliau pribadi menjadi manusia yang lebih mulia.

Mohon doa agar kita semua selalu diberikan kekuatan dan perlindungan Allah SWT.

-Dini Kusdiani

Dirut RS Harapan Bunda dr Finna sebelumnya telah coba dikonfirmasi soal tudingan keluarga ini via telepon dan pesan singkat, namun tak memberikan respons. Namun dalam jumpa pers di RS Harapan Bunda pada Kamis (14/7) lalu, dia mengakui bahwa benar ada peredaran vaksin palsu di rumah sakit tersebut. Namun di situ dia juga menegaskan bahwa manajemen sama sekali tidak mengetahui hal itu.

(Baca juga: Ini Sosok dr Indra, Tersangka Vaksin Palsu di RS Harapan Bunda)

"Edaran vaksin palsu diketahui dari hasil pemeriksaan dilakukan oleh oknum Rumah Sakit Harapan Bunda yang tidak diketahui oleh manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda dan tidak melalui prosedur resmi pemesanan obat Rumah Sakit Harapan Bunda," ujar dr Finna saat itu yang kemudian disambut teriakan-teriakan tidak percaya dari ratusan orang tua korban vaksin palsu di rumah sakit tersebut yang marah.

Kemudian Ketua Komite Medis RS Harapan Bunda dr Seto Hanggoro SpU dan anggota Komite Medis dr Harmon Mawardi juga telah memberi keterangan di hadapan ratusan orang tua korban. Saat ini menurut dr Seto, RS Harapan Bunda juga menjadi korban. Selama ini pihaknya selalu mengambil vaksin dari distributor resmi. dr Seto membenarkan suster di RS Harapan Bunda bernama Irna telah jadi tersangka dan saat itu dr Indra menurutnya tengah diperiksa Bareskrim, kemudian ditetapkan jadi tersangka. Saat it dr Seto menyebut hanya dr Indra yang terlibat.

"Sudah diamankan di Bareskrim adalah suster Irna. Sedangkan dokter dari RS Harapan Bunda yang saat ini dimintai keterangan, saya tidak tahu statusnya sebagai saksi atau apa, karena baru kemarin (diperiksa), adalah dr Indra," ujar dr Seto di halaman parkir samping RS Harapan Bunda, Jumat (15/7).

(Baca juga: Ortu: Dokter dan Suster di RS Harapan Bunda Juga Terlibat Vaksin Palsu, Usut!) (hri/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads