Kepala BNPT Suhardi Alius: Tempat yang Berpotensi Radikal Jadi Target Kita

Kepala BNPT Suhardi Alius: Tempat yang Berpotensi Radikal Jadi Target Kita

Ray Jordan - detikNews
Rabu, 20 Jul 2016 12:46 WIB
Kepala BNPT Suhardi Alius/ Foto: Muhammad Iqbal
Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan akan mengedepankan konsep deradikalisasi untuk menuntaskan masalah terorisme di Indonesia. Selain itu, tempat atau ruang yang berpotensi jadi berkembangnya konsep radikaliasi akan diawasi ketat.

Dikatakan Suhardi, pendahulunya yakni M Tito Karnavian yang kini menjabat sebagai Kapolri telah membuat suatu gerakan pendekatan kepada pemimpin agama. Program ini akan dilanjutkannya sebagai upaya menumpas terorisme.

"Pak Tito sudah membuat satu gerakan juga, pendekatan kepada masing-masing dengan lintas, pemimpin spiritual, termasuk yang lintas agama juga akan kita libatkan. Termasuk ormas-ormas yang punya pengaruh akan kita libatkan semua untuk kebaikan," kata Suhardi kepada wartawan usai pelantikan dirinya sebagai Kepala BNPT di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suhardi mengatakan, masyarakat perlu diberi pelurusan bahwa agama tidak mengajarkan kekerasan. Yang tepat untuk membicarakan masalah ini adalah para pemimpin atau tokoh agama.

"Tidak mungkin kita bicara masalah agama. Yang pantas bicara masalah agama ya ulama. Itu yang akan kita ke depankan. Tentunya berpengaruh ke sana, untuk mengajak kembali masyarakat kita supaya berpikiran yang jernih, konsep jihad yang baik gimana yang sebenarnya dalam Islam," katanya.

"Karena tidak ada satu pun agama yang mengajarkan kekerasan. Ini yang akan kita kedepankan. Saya akan back-up semua apa yang dijalankan Pak Tito selama ini dan akan dilaksanakan untuk lebih meningkatkan daya tangkal kita untuk terorisme," tambahnya.

Suhardi mengatakan, terorisme kini bukan menjadi masalah nasional saja, melainkan global. Untuk itu, perlu ada penyaringan, terutama arus informasi yang memuat paham radikal masuk ke Indonesia.

"Untuk penyaringan terorisme dari luar ke Indonesia seperti apa? Ini kan pengaruh. Pengaruh sarananya dulu sudah masih secara fisik untuk doktrin. Sekarang sudah tidak seperti itu, dengan teknologi informasi yang luar biasa sudah bisa langsung meresap ke mana-mana," katanya.

"Oleh sebab itu kita harus bisa mengidentifikasi mana ruang atau tempat yang berpotensi untuk radikal, itu akan jadi sasaran kita," tambah Suhardi. (jor/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads