"Kita sudah minta keterangan petugas termasuk karutan, belum ditemukan indikasi petugas sengaja terlibat meloloskan napi," ujar Kepala Kanwil Kemenkum HAM DKI Jakarta Endang Sudirman saat dihubungi detikcom, Kamis (14/7/2016).
Endang mengatakan, pihak Rutan Salemba sudah menerapkan prosedur standar yang diberlakukan. Setiap pembesuk harus menjalani pemeriksaan termasuk diberikan tanda khusus dan diawasi usai membesuk napi/tahanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Baca juga: Tak Hanya Berjilbab, Anwar Juga Pakai Lipstik untuk Kelabui Petugas Rutan)
"Mereka melakukan prosedur, cuma prosedurnya ini memfokuskan pengawasan kepada jenis kelamin laki-laki sehingga saat ada penyamaran tidak terdeteksi. Kita peringatkan Karutan (Satrio Waluyo) untuk mengubah sistem sehingga semua baik laki-laki maupun perempuan dapat dideteksi," sambung Endang.
Karena itu, Karutan Salemba diminta menggunakan sistem pemindai sidik jari bagi para pembesuk napi/tahanan. Penggunaan alat pemindai sidik jari menurut Endang dapat mencegah lolosnya napi.
(Baca juga: Polda Jabar Sebar Sketsa Wajah Anwar, Napi yang Kabur dari Rutan Salemba)
"Di Rutan Salemba biasa digunakan cap kemudian menggunakan id card dan ditambah menggunakan sidik jari. Sekarang semua pengunjung laki-laki dan perempuan saat datang kunjungan harus gunakan alat pemindai sidik jari saat masuk dan keluar dari lapas atau rutan," jelas Endang.
(fdn/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini