Di Rutan Salemba, Napi yang Minta Bilik Asmara Masih Malu-malu

Di Rutan Salemba, Napi yang Minta Bilik Asmara Masih Malu-malu

Bisma Alief - detikNews
Senin, 11 Jul 2016 16:51 WIB
Kepala Rutan Salemba Satrio Waluyo (Foto: Bisma Alief/detikcom)
Jakarta - Narapida terorisme Noim Ba'asyir bersitegang dengan petugas Lapas Klas II A Pamekasan, Jawa Timur karena permintaanya soal bilik asmara tak dikabulkan. Noim akhirnya dipindahkan ke Lapas Kelas IIB Tuban.

(Baca Juga: Mengamuk karena Bilik Asmara, Noim Ba'asyir Dipindahkan dari LP Pamekasan)

Berbeda dengan Noim yang terang-terangan mengungkapkan keinginannya soal bilik asmara, narapida di Rutan Salemba masih malu-malu meminta fasilitas ruangan untuk berhubungan dengan istri di penjara itu. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Rutan Salemba Satrio Waluyo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya rasa pasti mau (ada bilik asmara) tapi nggak berani vulgar (minta). Tapi kembali lagi bagaimana kita menyikapinya. Kita kasih pengertian ke mereka aturan belum ada. Mau pakai aturan apa. Mau curi-curi juga nggak boleh," kata Satrio saat ditemui detikcom di kantornya, Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Senin (11/7/2016).

Menurut Satrio, meski sudah lama dikaji namun fasilitas bilik asmara untuk para napi belum ada peraturannya. Bila ada yang berani memaksakan maka bisa dikenakan sanksi.

"Kalau ada yang berani melakukan itu, tentu saja itu sudah melanggar aturan yang ada. Harus tahu resikonya," ujarnya.

Selain itu, lanjut Satrio, proses pembuktian keaslihan pasangan sah juga masih menjadi dilema. Jangan sampai Lapas atau Rutan nantinya malah menjadi tempat yang tidak benar.

"Untuk membuktikan itu pasangannya gimana? Ya harus pake surat kawinlah segala macem. Opini masyarakat juga dilihat jangan sampai Lapas nantinya seperti rumah bordir. Itu yang jadi pertimbangan dan perdebatan," kata Satrio.

(Baca Juga: Para Napi, Ini 3 Alasan Kemenkum HAM Belum Sediakan Bilik Asmara)

Satrio mengungkapkan, di Rutan Salemba memang tidak ada bilik asmara karena memang belum ada aturan yang mengatur tentang fasilitas itu. Dia berharap ke depannya ada perubahan sehingga para napi bisa terpenuhi kebutuhan biologisnya.

"Ke depan semoga ada. Itu kan kaya (kebutuhan) makan minum. Tapi kita kasih pengertian saja ke mereka, (reaksi napi) ya senyum-senyum pahit aja. Malu juga, ya memang begitu adanya," ucap Satrio.

Menurut Satrio, pernah ada napi yang meminta izin pulang ke rumah untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Namun hal itu tidak diperbolehkan mengingat sedikitnya petugas Lapas yang bertugas mengawal napi ke rumah.

"Sebenarnya kan ada aturan untuk napi bisa keluar ketemu keluarga. Tapi di Salemba sendiri kita nggak bisa, karena tahanan di sini kan sudah banyak jadi kita nggak bisa menemani napi yang mau keluar," katanya.

"Kita saja sudah dipusingkan dengan jumlah napi yang banyak dan petugas yang masih sedikit. Kalau ada napi yang mau keluar kita pindahkan ke penjara lain supaya ada petugas yang bisa menemani, soalnya di Salemba sendiri nggak mungkin ada petugas yang bisa menemani," tambahnya.
(slh/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads