Seni Wayang Tavip yang Banyak Diminati Anak-anak

Pesta Pendidikan

Seni Wayang Tavip yang Banyak Diminati Anak-anak

Jabbar Ramdhani - detikNews
Minggu, 29 Mei 2016 18:48 WIB
Pertunjukan Wayang Tavip oleh anak-anak (Jabbar Ramdhani/detikcom)
Jakarta -

Tujuh anak berada di balik layar sambil memegang wayang. Wayang yang dipegang itu tidak terbuat dari kulit ataupun kayu, melainkan dari plastik yang diwarnai.

Sementara di panggung, terlihat anak dan orang tua saling bekerjasama. Mereka mewarnai plastik yang ditempatkan di atas kertas bergambar. Selesai itu, plastik dipotong dan ditempelkan ke sebuah lidi. Wayang Tavip sudah jadi dan siap dimainkan.

M Tavip ialah dalang sekaligus orang yang menemukan langgam wayang demikian. Ia sudah aktif mementaskan wayang ini sejak 1993. Wayang ini juga dinamai seperti nama sang empu.

Keseruan anak-anak dan orang tua saat mementaskan pertunjukan wayang Tavip


"Ini karya S2 saya di ISI Surakarta. Saya mengambil ruang bermain anak-anak. Karena ditakutkan anak kita lebih fasih dengan budaya luar dibandingkan dengan budaya sendiri," ujar Tavip di balik layar, Minggu (29/5/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pementasan wayang Tavip sebagai salah satu rentetan acara pesta pendidikan yang digelar di lantai 5 Gedubng FX Sudirman, Jakarta Pusat. Tavip juga mengungkapkan, alasan penggunaan Tavip pada wayang yang diperkenalkannya juga merujuk pada perihal historis.

"Tavip itu juga berasal dari judul pidato Presiden Sukarno tahun 1964. Itulah tahun 'Tavip', 'vivere pericoloso' yang artinya, Indonesia menyerempet masa bahaya. Maka setahun kemudian meletus G30 S," ucap Tavip.

Tavip berharap, wayang ini bisa menjadi jembatan kepada anak-anak. Sebab, setiap hari mereka menonton hal yang instan. Dan dengan mengajak berkreasi bersama, Tavip berharap kreatifitas anak-anak dapat tumbuh.

"Ini secara perlahan memperkenalkan kepada anak kita, bahwa kita punya wayang yang sudah ditinggalkan. Ini jembatan bagaimana kita mengenali bahwa pemainan wayang sudah ada sejak dahulu kala. Yaitu wayang kulit," ujar Tavip.

"Di samping itu, nanti ditakutkan anak kita jadi konsumtif. Kemudian, media yang saya gunakan adalah limbah plastik. Bagaimana saya mengambil bahan tersebut untuk eksperimen. Seperti botol air mineral, boks makanan dari plastik, dan lain-lain. Walaupun akhirnya akan jadi sampah, tapi ia akan jadi hasil karya dahulu," tutur Tavip.

Pertunjukan Wayang Tavip oleh anak-anak (Jabbar/detikcom)


Tavip juga melihat, dunia anak saat ini sudah jauh dari silaturahmi. Ikatan emosional terhadap lingkungan sekitar pun semakin putus karena mereka tersedot pada gadget.

"Konten yang paling dalam kenapa saya ambil sampah, agar anak kita tidak jadi sampah juga. Karena kita menggali kembali kreativitas anak kita. Sekarang rasa silaturahmi, ikatan emosional makin putus gara-gara kemajuan teknologi," ungkapnya.

Tavip sedari awal sudah mengemas penampilan wayangnya dengan musik kekinian. Untuk anak-anak, Tavip memakai lagu anak yang diciptakan Ibu Sud dan Ibu Kasur. Rencananya, hari ini Tavip menampilkan lakon seorang guru olahraga yang difabel. Karena keteguhan mental guru tersebut, dapat menghasilkan atlet yang juga hebat meskipun punya keterbatasan.

(jor/jor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads