"Kalau keluar-masuk pilot ada, banyak. Banyak yang ke luar negeri," kata Edward usai rapat dengan Komisi V di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/5/2016). Edward menjawab pertanyaan wartawan apakah banyak pilot yang keluar maskapai saat banyak permasalahan di Lion Air.
(Baca juga: Lion Air: Pengurangan Frekuensi Penerbangan karena Sepi, Tak Rugikan Penumpang)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau ada pilot kita ke maskapai bagus yang di luar negeri, kita bangga. Berarti kualitas pilot kita diakui di luar negeri. Bagi kita tidak masalah," ujarnya.
Saat rapat bersama Komisi V DPR, masalah kesejahteraan pilot dan pramugari Lion Air sempat disinggung. Edward pun menepis anggapan bahwa gaji awak maskapainya jauh lebih rendah dibanding maskapai lain.
"Apa gaji pilot kami dengan airline lain beda sekali? Kami akan pelajari. Tapi sepengetahuan saya, tidak. Kalau ada perbedaan, itu karena produktivitasnya. Kalau tidak juga pilot kami sudah kabur ke tempat lain," ungkap Edward.
Dalam rapat, Lion Air juga memaparkan data soal 'mogok' pilot pada 10 Mei 2016 lalu. Lion Air menyebut aksi yang dilakukan 40 pilot itu sebagai malapraktik, bukan mogok.
Lion Air menyebut aksi itu dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Sehari sebelumnya para pilot ini masih menjalankan penerbangan ke daerah dan hari berikutnya menunda penerbangan.
(Baca juga: Lion Air: Puluhan Pilot Bukan Dirumahkan, Tapi Dibina)
"Alasan yang dikemukakan bukanlah alasan yang normatif melainkan alasan yang dibuat-buat," ujarnya.
Para pilot yang melakukan aksi itu kemudian mendapat sanksi. Lion Air menganggap mereka merugikan perusahaan dan penumpang.
"Manajemen Lion Air telah memberikan sanksi kepada 18 pilot yang melakukan aksi tersebut yaitu berupa pembinaan," ucap Edward. (imk/nwk)











































