Zaitun yang merupakan pengurus Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini hadir dan menyampaikan tanggapannya pada topik 'Problematika ISIS dan Solusinya', Minggu (23/5/2016).
Dalam paparannya, Zaitun yang juga merupakan Ketua Ikatan Dai dan Ulama ASEAN itu mempertanyakan keseriusan negara Barat dalam memerangi ISIS. Padahal negara-negara Barat semacam Amerika dan Inggris memiliki teknologi mumpuni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zaitun mengatakan, bila negara Barat terus diam, maka bisa jadi anggapan yang menyebut ISIS memiliki backing kuat adalah benar adanya.
"Atau seperti dugaan banyak orang bahwa keberadaan ISIS terus dipelihara untuk kepentingan dan agenda beberapa negara besar, baik di bidang politik maupun di bidang industri persenjataan," kata Zaitun.
Dalam forum ini, Zaitun juga menyampaikan tanggapan terhadap makalah karya utusan khusus PBB bagi proses perdamaian Timur Tengah Nikolay Mladenov. Zaitun memandang persoalan ada di PBB yang terkesan lemah terhadap kepentingan negara-negara adikuasa.
"Bahkan terkesan PBB tunduk pada kepentingan negara-negara kuat sekalipun mereka jelas jelas berlaku tidak adil terhadap negara atau bangsa lainnya," kata Zaitun.
"Sebagai contoh adalah masalah Palestina, di mana telah mengalami penjajahan dan penindasan hampir 1 abad tetapi PBB belum bisa mengembalikan keamanan di sana apalagi mengembalikan hak-hak bangsa Palestina yang terampas dan jutaan dari mereka yang terusir dari tanah airnya," ujar Zaitun.
Zaitun mengatakan kondisi di atas menyebabkan keputusasaan dari umat Islam bukan saja di Palestina tetapi di berbagai kawasan Timur Tengah dan menjadi salah satu sebab tindakan terorisme di kawasan tersebut.
"Kita semua menolak dan mengecam terorisme tapi kita juga harus mempertanyakan bagaimana peran dan sikap yang seharusnya dijalankan oleh PBB," ujar Wasekjen MUI ini.
Forum Doha dihadiri perwakilan lebih dari 100 negara, termasuk di antaranya beberapa kepala negara, mantan kepala negara, para menteri dan lima orang calon sekretaris jenderal PBB. Forum Doha ini merupakan forum yang ke-16 yang digelar di Qatar sejak tahun 2004. Konsep forum ini didasarkan pada keyakinan Qatar bahwa banyak isu dan masalah antar negara dapat diatasi dengan dialog.
Forum ini dibuka Sabtu malam (21/6),dan dihadiri oleh Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamad al Thani, Presiden Yaman Abduh Rabbuh Mansur Hadi dan beberapa kepala negara lainnya. Di antara pembicara pada sesi pembukaan beberapa Kepala Negara turut hadir, di antaranya: Presiden Afghanistan Mohammad Ashraf Ghani, Presiden Republik Mauritius Dr Ameenah Gurib, Sekjen PBB Ban Ki Moon.
(fjp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini