Kumuh dan Tak Terawat, Kasteel Batavia Kini Sepi Pengunjung

Kumuh dan Tak Terawat, Kasteel Batavia Kini Sepi Pengunjung

Yulida Medistiara - detikNews
Minggu, 22 Mei 2016 18:16 WIB
Foto: Yulida/detikcom
Jakarta - Kasteel Batavia dulunya ramai dikunjungi sebagai objek wisata sejarah Kota Tua Jakarta. Namun karena kumuh dan tak terawat, pusat pemerintahan dan benteng pertahanan ini sepi pengunjung.

"Terakhir beberapa waktu lalu sih ada rombongan, kadang dari kampus dalam negeri seperti UI, UGM, dari luar negeri seperti Rusia, Amerika. Mungkin karena becek jadi sepi, tadinya ini kan gudang besar sekali, tapi sejak ada tol jadinya terpotong," ujar Seorang warga, Saidi (50), saat berbincang di lokasi, Minggu (22/5/2016).

Saidi yang telah tinggal di Jalan Tongkol Dalam selama lebih dari 20 tahun ini mengatakan bangunan tersebut memang sudah lama dibiarkan dan tidak dirawat. Badan bangunan pun banyak yang hancur dan rusak.

"Ya karena tidak ada yang merawat, sudah tua sekali, sudah lapuk jadi ada yang amblas," tuturnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pantauan detikcom, bangunan ini terletak di dekat bengkel peralatan milik TNI AD, Benglap A00 43 01. Saat memasuki kawasan Benglap ini terlihat puluhan truk parkir di lapangan yang becek. Berdasarkan informasi yang dihimpun, truk yang terparkir ini dikelola oleh sebuah perusahaan yang bekerjasama dengan Kodam Jaya.

Di sekitar bangunan tua ini juga sedang dibangun sebuah jalur pipa gas. Beberapa truk dan alat berat terlihat sedang beraktivitas. Ada lubang galian dan pipa besar bewarna hitam yang telah disiapkan.

Kasteel Batavia ini terlihat tidak terawat. Jendela dan pintu yang berbahan kayu itu bolong dan sudah lapuk. Dari salah satu jendela yang ditutupi kawat, dapat terlihat suasana di dalam Kasteel Batavia yang gelap.

Sementara itu dikutip dari situs Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi Jakarta, dalam buku Insiklopedia Jakarta volume 1 disebutkan, bila benteng atau kastil Batavia ini dibangun pada 12 Maret 1619.

Sejarah awal Kasteel Batavia dimulai ketika kota pelabuhan Jayakarta dikuasai oleh VOC pada 30 Mei 1619. Kota Jayakarta kemudian oleh Jan Pieterszoon Coen digantinya namanya menjadi Batavia.

Kemudian VOC pun mulai membangun pemukiman baru di atas reruntuhan kota Jayakarta. Sebelum membangun kota Batavia, J.P. Coen membangun benteng pertahanan yang kemudian dinamakan Kasteel van Batavia. Benteng baru buatan Belanda ini dibangun untuk mengganti benteng (fort) Jacatra yang sudah tidak mampu menampung seluruh aktivitas perdagangan VOC.

Menurut catatan, luas kastil Batavia ini berkisar sembilan kali luas benteng Jacatra. Bentuk kastil Batavia ini seperti segi empat dengan panjang dari pintu daratan (landpoort) ke pintu air (waterpoort) 290 treden, sedangkan lebarnya dari dinding barat ke dinding timur 274 treden.

Benteng markas VOC ini dilengkapi empat bastion (kubu pengintaian) yang ada di setiap sudut benteng. Bastion pengintaian ini ada yang diberi nama Parrel (barat laut), Saphier (timurlaut), Robijn (tenggara) dan Diamant (barat daya).

Keempat bastion pengintaian ini dihubungkan oleh dinding yang terbilang tinggi terbuat dari batu karang dan koral yang disebut courtine atau gordijn. Pada keempat kubu pengintaian itu ditempatkan meriam dan pasukan untuk menjaga kediaman para pejabat tinggi VOC berikut barang berharga lainnya.

Bila melihat peta lama menggambarkan situasi kastil Batavia pada 1619. Pada peta lama itu tampak bila dinding barat Kasteel Batavia berdampingan dengan dinding benteng lama, fort Jacatra), sedangkan bastion Saphier dan Robijn masih terlihat menjorok ke luar.

Terlihat ada dua buah pintu masuk Kasteel Batavia, yaitu gerbang daratan (landpoort), pada sisi selatan dan gerbang air (waterpoort) di sisi utara menghadap ke laut. Tak sampai disitu, di dalam kasteel yang tegak lurus dengan gerbang daratan (landpoort) terdapat pintu masuk yang disebut gerbang pinang (pinangpoort).

Di dalam kasteel Batavia terdapat beberapa bangunan, seperti gubernemen, gedung pengadilan, loji, gereja, kamar senjata, kamar pakaian, gudang manufaktur dan toko obat.

Sementara di luar kasteel Batavia terdapat dua buah gerbang. Kedua gerbang itu adalah gerbang kolam (Vijverpoort) yang lokasinya ada di ujung bastion Parel dan gerbang Delft (Delftschepoort) yang ada di ujung bastion Rabijn. Sedangkan di sebelah barat kasteel, antara bastion Parrel dan Diamant terdapat rumah peristirahatan (Speelhuisje) gubernur jenderal.

Pada 1760, jumlah warga kastil Batavia ini sekitar 16.000 jiwa. Namun, pada 1778 hanya tinggal 2.000 orang. Pada 1790, jumlah penduduknya meningkat lagi menjadi 8.000 jiwa.

Menyusutnya jumlah penduduk kasteel Batavia ini disebabkan munculnya wabah penyakit yang menelan banyak korban. Selama kurang lebih 30 tahun sejak tahun 1760, daerah sekitar Kasteel Batavia benar-benar menjadi kota maut yang makin lama makin banyak ditinggalkan penghuninya sehingga banyak rumah kosong yang berhantu.

Sejarah Kastil Batavia berhenti saat Daendels menghancurkannya pada 1809. Kota baru yang lebih ke selatan kembali dibangun, kota ini dibatasi dengan Kali Ciliwung yang masih berkelok-kelok dan kanal.


(ega/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads