Riangnya Menteri Susi Ikuti Irama Alunan Musik Bambu di Sangihe

Riangnya Menteri Susi Ikuti Irama Alunan Musik Bambu di Sangihe

Bisma Alief - detikNews
Jumat, 13 Mei 2016 18:51 WIB
Menteri Susi di Sangihe/ Foto: Bisma/detikcom
Sangihe - Kepulauan Sangihe yang merupakan pulau terbesar dan terluar Indonesia yang berbatasan dengan Filipina menyimpan banyak budaya lokal yang belum banyak diketahui orang, salah satunya adalah musik bambu khas Sangihe. Musik bambu sudah mulai ada di Pulau Sangihe sejak abad 8.

Saat itu alat musik bambu digunakan oleh para petani sebagai hiburan setelah bekerja. Sedangkan saat ini musik bambu dipakai saat waktu-waktu tertentu saja seperti saat ibadah, untuk penjemputan tamu, pesta adat dan berduka.

"Musik bambu sendiri sudah ada beberapa perkembangan. Awalnya musik bambu hanya bambu sepangkal (sebatang) dan ada alat peniupnya. LaluΒ  ada ponsore, semacam klarinet dari bambu. Terakhir dimodifikasi adalah bass (sejenis tanjidor)," kata Kepala Seksi Bidang Kesenian Dinas Pariwisata Kepulauan Sangihe, Dikson Dolase saat ditemui detikcom di Pelabuhan Dagho, Jumat (13/5/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat detikcom ke sana bersama rombongan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, alunan suara musik dari bambu tersebut sangat merdu didengar. Bahkan Menteri Susi terlihat sangat tertarik mendengar irama musik dari bambu itu. Susi juga bertepuk tangan mengajak warga sekitar meramaikan irama yang menyambut rombongan KKP.

Satu tim musik bambu dimainkan oleh 41 orang yang terdiri atas korno (terompet) 20 orang, bambu tengah 6 orang, bass 4 orang, klarinet 3 orang, suling besar 6 orang, suling kecil 1 orang dan 1 orang pemain drum. Sedangkan untuk membuat 1 set musik bambu dibutuhkan waktu 1 bulan.

"Cara membuat alat musik bambu, pertama bambu batik dipotong lalu dibiarkan mengering, setelah itu bambu di cincang-cincang kemudian disatukan lagi dengan lem. Terakhir baru dibentuk model. Yang paling cepat adalah membuat terompet sekitar 1 minggu, yang paling lama membuat bass bisa 3 minggu," kata Dikson.

"Dulu bukan memakai drum tapi namanya tambor yang berasal dari kayu entero kemudian dipahat dilapis kulit kambing seperti bedug. Sekitar tahun 90-an baru memakai drum untuk menyesaikan dengan jaman," lanjutnya.

alat musik bambu Sangihe


Perkembangan musik bambu di Kabupaten Sangihe sangat luar biasa. Setiap tahun ada perlombaan yang diikuti sekitar 20 grup dari seluruh Kabupaten Sangihe. Untuk perlombaan sendiri dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu serie A dan serie B. Serie A adalah untuk kelompok yang sudah sering mempromosikan musik bambu di daerah-daerah lain seperti di Jakarta jumlahnya ada 12 grup. Serie B untuk grup yang masih bermain di sekitar Kabupaten Sangihe saja dan jumlahnya ada 8 grup.
Β 
Dikson berharap ke depannya musik bambu bisa dikenal diseluruh Indonesia. Apalagi dengan keunikan musik bambu diharapkan lebih banyak wisatawan yang datang ke Sangihe. Pemerintah juga harus memberi perhatian agar kesenian ini tidak punah

"Sekiranya musik bambu diangkat ke event-event nasional. Pemerintah Provinsi juga harus memberi perhatian lebih dan harus dikembangkan terus supaya tidak punah. Ini kan salah satu kekayaan daerah yang harus dilestarikan," tutup Dikson.

alat musik bambu Sangihe


(rvk/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads