Saat itu alat musik bambu digunakan oleh para petani sebagai hiburan setelah bekerja. Sedangkan saat ini musik bambu dipakai saat waktu-waktu tertentu saja seperti saat ibadah, untuk penjemputan tamu, pesta adat dan berduka.
"Musik bambu sendiri sudah ada beberapa perkembangan. Awalnya musik bambu hanya bambu sepangkal (sebatang) dan ada alat peniupnya. LaluΒ ada ponsore, semacam klarinet dari bambu. Terakhir dimodifikasi adalah bass (sejenis tanjidor)," kata Kepala Seksi Bidang Kesenian Dinas Pariwisata Kepulauan Sangihe, Dikson Dolase saat ditemui detikcom di Pelabuhan Dagho, Jumat (13/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu tim musik bambu dimainkan oleh 41 orang yang terdiri atas korno (terompet) 20 orang, bambu tengah 6 orang, bass 4 orang, klarinet 3 orang, suling besar 6 orang, suling kecil 1 orang dan 1 orang pemain drum. Sedangkan untuk membuat 1 set musik bambu dibutuhkan waktu 1 bulan.
"Cara membuat alat musik bambu, pertama bambu batik dipotong lalu dibiarkan mengering, setelah itu bambu di cincang-cincang kemudian disatukan lagi dengan lem. Terakhir baru dibentuk model. Yang paling cepat adalah membuat terompet sekitar 1 minggu, yang paling lama membuat bass bisa 3 minggu," kata Dikson.
"Dulu bukan memakai drum tapi namanya tambor yang berasal dari kayu entero kemudian dipahat dilapis kulit kambing seperti bedug. Sekitar tahun 90-an baru memakai drum untuk menyesaikan dengan jaman," lanjutnya.
![]() |
Perkembangan musik bambu di Kabupaten Sangihe sangat luar biasa. Setiap tahun ada perlombaan yang diikuti sekitar 20 grup dari seluruh Kabupaten Sangihe. Untuk perlombaan sendiri dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu serie A dan serie B. Serie A adalah untuk kelompok yang sudah sering mempromosikan musik bambu di daerah-daerah lain seperti di Jakarta jumlahnya ada 12 grup. Serie B untuk grup yang masih bermain di sekitar Kabupaten Sangihe saja dan jumlahnya ada 8 grup.
Β
Dikson berharap ke depannya musik bambu bisa dikenal diseluruh Indonesia. Apalagi dengan keunikan musik bambu diharapkan lebih banyak wisatawan yang datang ke Sangihe. Pemerintah juga harus memberi perhatian agar kesenian ini tidak punah
"Sekiranya musik bambu diangkat ke event-event nasional. Pemerintah Provinsi juga harus memberi perhatian lebih dan harus dikembangkan terus supaya tidak punah. Ini kan salah satu kekayaan daerah yang harus dilestarikan," tutup Dikson.
![]() |
(rvk/rvk)