Kepada detikcom melalui telepon, Rabu (27/4/2016), Setu menceritakan fosil itu ditemukan pada pukul 12.00 WIB, Jumat, 5 Februari 2016. Saat itu, dia pulang dari sawah. Pandangannya tertuju pada bulatan mirip batu di tengah sungai Bojong. Dia berpikir itu pasti bukan batu biasa.
"Saya sudah sering menemukan seperti itu. Tapi kadang tangan, kaki, gigi, atau lainnya. Yang ini lain," kata Setu dalam bahasa Jawa halus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya sudah, barang itu akhirnya disimpan di sana," kata bapak 3 anak ini.
Setu termasuk orang yang sering menemukan fosil. Dalam setahun ini, dia menemukan fosil kaki, gigi, tangan, atau benda lain. Hampir semuanya hewan.
Tiap mendapatkan temuan, Setu selalu lapor ke petugas balai pelestarian. Sebagai gantinya, ia diberi penghargaan dan uang. "Ya ada. Tidak mesti," kata Setu soal nominal uang yang diterima.
Fosil temuan Setu berukuran panjang 14 cm, lebar 12 cm, dan tinggi 10 cm. Berdasarkan penelitian Balai Pelestarian Situs Manusia Purba di Sangiran, benda itu merupakan tengkorak Homo Erectus Arkaik, manusia purba tertua yang hidup antara 1,5 hingga 900 ribu tahun lalu. Lebih tua dibanding Homo Erectus Tipik yang hidup antara 800 ribu hingga 300 ribu tahun yang lalu dan Homo Erectus Progresif yang hidup antara 300 ribu hingga 100 ribu tahun lalu.
Volume otak Homo Erectus Arkaik sebesar 800 cc, lebih kecil dibanding Homo Erectus Tipik sebesar 1.000 cc dan Homo Erectus Progresif sebesar 1.100 cc. Sedangkan manusia modern memiliki volume otak sebesar 1.400 cc.
![]() |
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini