Salah satu yang pernah merasakan 'sentuhan' latihan militer ala Santoso itu adalah Rafli alias Furqon (28). Dia baru saja mendapatkan status bebas bersyarat dari Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan atas vonis 8 tahun penjara karena terlibat penembakan dua anggota polisi di Palu pada 25 Mei 2011.
Baca juga: Ini Profil dan Jejak Kejahatan Santoso yang Kini Diburu Satgas Tinombala
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rafli mengaku pertama kali gabung dengan Santoso dan kelompoknya pada tahun 2009. "Saat itu kegiatannya adalah majelis taklim dan pengajian," kata dia.
![]() Suasana dusun Taman Jeka. (Foto: Erwin/detikcom) |
Bersama Rafli, ada tujuh anggota lain yang semuanya diajar oleh Santoso. Materi yang diajarkan kala itu menyangkut pemahaman soal agama termasuk tata cara salat dan membaca Alquran. Baru setahun kemudian Rafli dan teman-temannya diberikan pelatikan fisik di hutan yang posisinya persis di atas Dusun Taman Jeka.
Rafli tak menyebut latihan itu sebagai latihan militer. Alasannya latihan menggunakan peralatan ala kadarnya. Hanya ada tali tambang, batang kayu yang disusun seperti steger dan tanah yang dilubangi. "Hanya latihan fisik, bukan latihan militer. Tak ada teknologi canggih dalam latihan itu," kata dia.
Namun Rafli mengaku bahwa dalam latihan tersebut diajarkan pula menembak menggunakan senjata api. Santoso sendiri yang memberikan latihan menembak. "Iya Santoso yang memberikan latihan menembak,' kata dia.
Lalu dari mana asal senjata yang mereka gunakan?
"Saya tidak tahu. Senjata itu sudah ada saat kami latihan," kata Rafli.
Setelah dirasa latihan sudah cukup, Rafli dan tiga orang rekannya mendapat tugas pertama yakni menembak dua orang anggota polisi di depan kantor BCA Palu pada 25 Mei 2015. Motif penembakan bukan untuk merampok uang di BCA, melainkan hanya untuk merebut senjata api yang dibawa dua polisi tersebut.
Sayang Rafli tak mau terbuka soal motif merebut senjata api tersebut. "Senjata itu untuk pertahanan, untuk berjaga-jaga saja," kata ayah 1 anak yang berusia 4 tahun itu.
Kini setelah mendapatkan bebas bersyarat dari LP Nusakambangan, Rafli tak ingin bergabung lagi dengan Santoso dan kelompoknya. Dia ingin hidup normal sebagai masyarakat biasa.Β Rafli ingin membantu sang mertua merawat 4 kebun kakaonya di Dusun Taman Jeka.
"Ngurus 4 kebun kakao saja sudah repot, tak ada lagi kepikiran kembali (gabung Santoso)," kata dia.
Baca juga: Eks Anggota Kelompok Santoso: Mari Hidup Normal Saja
(erd/nrl)