Dwi mengatakan, kejadian ini dialaminya pada tanggal 3 April 2016 saat hendak menghadiri Kovensi Hak-hak Penyandang Disabilitas di Jenewa. Kecewa dengan perlakuan pihak Etihad yang diskriminatif, Dwi lantas menuliskan petisi di laman change.org pada tanggal 5 April. Berikut bunyi petisi tersebut:
"Saya pikir ini ironi. Saat saya hendak berangkat mengikuti acara Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas, saya justru mengalami diskriminasi. Maskapai Etihad Airways menolak menerbangkan saya karena saya memakai kursi roda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi masalah muncul 20 menit setelah saya duduk di pesawat. Pimpinan kru menghampiri dan mencecar saya dengan beberapa pertanyaan, yang menurut saya merendahkan kelompok disabilitas. Ia misalnya bertanya apa saya bisa evakuasi diri sendiri jika pesawat kecelakaan. Saya bilang, saya butuh bantuan untuk evakuasi.
Tak lama, datang petugas Airport Operation Officer, Bapak Abrar. Dia kembali menanyakan apakah saya bisa berjalan. Saya jawab bahwa saya bisa berjalan dengan pegangan. Lalu katanya, menurut kru kabin, saya harus turun dari pesawat karena tidak ada pendamping," tulis Dwi dalam petisinya di laman change.org. Kini petisi tersebut telah ditandatangani oleh lebih dari 24 ribu tanda tangan.
Atas petisi tersebut, melalui website resminya, pihak Etihad menyatakan permintaan maaf kepada Dwi. Etihad menyatakan telah melakukan penyelidikan internal atas kasus ini. Begini bunyi lengkap permintaan maaf tersebut:
"Kami mohon maaf yang sedalam-dalamnya atas ketidaknyamanan yang telah dialami oleh Ibu Aryani pada waktu diminta untuk turun pesawat yang rutenya dari Jakarta ke Geneva minggu ini.
Kenyamanan dan keselamatan penumpang sangat penting bagi kami dan kami menangani kasus ini secara serius.
Pada kejadian ini, kami tidak mengikuti prosedur khusus untuk penumpang pengguna kursi roda. Penyelidikan internal secara menyeluruh telah dilaksanakan dan kami mengambil tindakan yang sesuai untuk memperbaiki langkah-langkah selanjutnya dan menghindari terjadinya hal yang sama di masa yang akan datang.
Kami telah menghubungi Ibu Ariyani untuk mohon maaf dan menawarkan perjalanan alternatif.
Kami telah berhasil membawa banyak penumpang disabilitas ke berbagai negara tanpa ada kejadian seperti ini dan kami berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk semua penumpang kami," tulis Etihad. (kff/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini