Badak Najaq akan Diautopsi dan Diawetkan untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Badak Najaq akan Diautopsi dan Diawetkan untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Jabbar Ramdhani - detikNews
Rabu, 06 Apr 2016 15:05 WIB
Foto: Jabbar Ramdhani/detikcom
Jakarta - Najaq, seekor badak Sumatera yang ditemukan di Kutai Barat sudah mati pada Senin (4/4). Padahal, Najaq adalah badak Sumatera pertama yang ditemukan di tanah Kalimantan sejak lima dekade terakhir. Jasad Najaq akan diautopsi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Populasi Badak Sumatera saat ini masuk dalam status critically endangered. Di dunia, diperkirakan jumlah spesies ini tak lebih dari 100 ekor dengan tingkat persebaran paling tinggi di Pulau Sumatera.

"Sejarahnya, tahun '90-an didengarkan ada badak di Kalimantan. Apa mungkin badak Sumatera ada di Kalimantan? Lalu tahun 1998 ada lagi informasi ada badak di Kalimantan. Tahun 2013 kita semakin intens kepada badak Sumatera," ujar Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, KLHK, Bambang Dahono Adji di Senayan, Selasa (6/4/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bambang melanjutkan, adanya badak di Kutai Barat, terbukti dengan adanya gambar badak yang tertangkap kamera jebak pada 20 Oktober 2015. Didasarkan pada kamera jebak dan jejak tapak, diprediksi ada sebanyak 15 ekor badak Sumatera di daerah tersebut.

Tim dokter kini tengah melakukan otopsi terhadap Najaq. Selain untuk mencari penyebab kematiannya, diharapkan dari autopsi ini juga dapat menambah pengetahuan baru tentang badak.

"Autopsi akan dilakukan sebagai bahan ilmiah para ilmuan selanjutnya. Kedua, kita akan lakukan pengawetan. Inilah badak Sumatera yang terbukti ada di Kalimantan," ujar Bambang.

Pilihan autopsi ini memang diwajibkan bagi hewan yang dilindungi. Terlebih kematian badak Najaq yang sempat terjerat tali di kaki kiri belakangnya. Ia terkena perangkap yang dipasang oleh masyarakat. Najaq juga akan diawetkan dengan air keras sebagai bukti eksistensinya.

"Nanti akan diawetkan tujuannya utk pengetahuan umum dan ilmiah. Ketika jadi objek penelitian, untuk pengembangan ilmu. Juga untuk wisata. Mau ditaruh di mana, ini belum ditentukan," tutur Bambang.

WWF badak sumatera


Di lokasi yang sama, Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia, Widodo Ramono berujar, penemuan badak di Kutai ini merupakan sebuah keistimewaan. Populasi Badak Sumatera saat ini masuk dalam status critically endangered. Di dunia, diperkirakan jumlah spesies ini mesti menjadi bahan pembelajaran terlebih karena badak memiliki tingkat fertilitas yang rendah.

"Dengan adanya kematian badak, kita harus melihat, bahwa kehidupan badak Sumatera itu unik. Badak betina kalau tidak kawin, punya masalah dengan saluran reproduksinya. Bisa saja kista. Begitu pun jantannya, punya kualitas sperma yang naik turun. Tidak selalu bagus kualitasnya. Inilah yang unik," ujar Widodo. (rvk/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads