Menguak Jejak Teroris Santoso dan Kelompok Radikal di Moro Filipina

Menguak Jejak Teroris Santoso dan Kelompok Radikal di Moro Filipina

Mei Amelia R - detikNews
Senin, 04 Apr 2016 05:45 WIB
Teroris Santoso (Ilustrator: Mindra Purnomo/detikcom)
Poso - Pimpinan kelompok teroris MIT, Santoso alias Abu Wardah memiliki hubungan dengan kelompok radikal MILF (Moro Islamist Liberation Front) yang berbasis di Moro, Filipina. Selama ini, Santoso Cs mendapat suplai senjata api dari kelompok Anshorut Khilafah, Filipina.

"Dari informasi yang kami peroleh dari salah satu tersangka teroris yang sudah tertangkap yakni Iron, bahwa senjata yang dipasok ke Santoso itu berasal dari kelompok Anshorut Khilafah, salah satu pecahan kelompok MILF di Filipina," jelas Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Rudy Sufahriadi kepada detikcom, Minggu (3/4/2016).

Rudy yang juga menjadi Kepala Penanggung Jawab Satgas Tinombala mengungkap, Santoso Cs mendapatkan pasokan persenjataan dari Abu Syarifah yang menjadi Amir Anshorut Khilafah Filipina. Senjata api tersebut kemudian dibawa oleh Abu Fatas, WNI yang merupakan anak buah Abu Syarifah yang baru keluar dari penjara di Filipina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelompok santoso di tengah hutan (istimewa/detikcom)

(Baca juga: Satgas Tinombala Rilis 31 DPO Kasus Terorisme, Termasuk Santoso dan Istrinya)

"Kemudian dibawa oleh kurir Abu Sahle dan 9 orang anggota Abu Syarifah. Dan di Indonesia dibawa oleh Iron selaku kurir Santoso," imbuhnya.

Atas informasi dan kerja sama dengan Densus 88 Antiteror Polri, beberapa anggota kelompok Anshorut Khilafah ditangkap kepolisian Filipina, pasca penangkapan Iron. Iron sendiri telah divonis 6,5 tahun penjara di PN Jakarta Timur.

Iron saat itu tertangkap di Manado saat sedang transit hendak menuju ke Filipina untuk mengambil senjata api yang dipesan Santoso, antara lain 2 pucuk M16 Baby, sepucuk senjata sniper, 2 pucuk senjata api Uzi dan sejumlah amunisi senilai total Rp 220 juta.

Penampakan Santoso dan anak buahnya di hutan (Istimewa/detikcom)

Selama itu, Iron mendistribusikan pasokan senjata api tersebut dikirim dari Filipina ke base camp Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, lewat jalur laut melalui Kota Manado.

Sebelum tertangkap, Iron berhasil menyelundupkan pasokan senjata api kepada Santoso yang berada di hutan di Poso. Senjata api dan sejumlah logistik lainnya, yang pernah ia pasok di antaranya sepucuk M16 baby berikut 4 magasen, 200 butir peluru senjata M16, sepucuk senjata Barret 50 Sniper SN No 241586, 20 butir peluru M50, satu buah granat nanas, 1 buah roket mini Bukttap dengan kode Ava 0069-89, 16 butir amunisi yang ukurannya lebih kecil dari amunisi FN 45.

Logistik tersebut sempat lolos. Iron mengemas senjata api yang dibongkar terlebih dahulu kemudian dibungkus karton dan dimasukkan ke dalam karung. Sementara amunisi dan bahan peledak, diisi di salam tas tansel yang dicampur dengan pakaian.

(Baca juga: Video Aktivitas Santoso di Tengah Hutan: Masak dan Potong Hewan)

"Kemudian diaembunyikan di antara barang-barang masyarakat yang diangkut semgan kapal barang dari Philipina," terang sumber.

Sejarah MILF

MILF merupakan kelompok ekstremis dengak kekuatan 11 ribu orang bersenjata. Kelompok separatis ini terbentuk sejak 1974 yang menginginkan adanya kemerdekaan bagi penduduk minoritas muslim di bagian Selatan Filipina.

Pada tahun 1991, sebagian anggota MILF yang dipimpin oleh Abdurajik Abubakar Janjalani keluar dari keanggotaan MILF dan faksi kelompok baru yang bernama Abu Sayyaf (Sang Pembawa Pedang). Kelompok Abu Sayyaf merupakan kelompok radikal yang kerap melakukan penculikan terhadap warga sipil untuk meminta uang tebusan, pengeboman, perompakan dan pembunuhan.

Salah satu contoh kasus kelompok Abu Sayyaf yang baru-baru ini adalah menyandera 10 orang WNI pada Minggu (27/3) lalu di Pulau Basilian, Filipina.

10 WNI ini adalah awak kapal tug boat Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12 yang berisi 7.000 ton batubara. Tugboat dilepaskan tetapi kapal Anand 12 dan 10 WNI disandera.

(Baca juga: Jokowi: Opsi Dialog Didahulukan untuk Bebaskan 10 WNI yang Disandera Abu Sayyaf)

Seperti dari dikutip media Filipina, Inquirer, Rabu (29/3/2016), ada video yang diposting di akun Facebook yang memiliki koneksi dengan militan yang menyebutkan bila pembayaran itu tak dilakukan maka sandera akan dibunuh. Para penyandera meminta tebusan 50 juta peso, atau sekitar Rp 15 miliar. (mei/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads