Di forum yang digelar di kampus UI Depok, Rabu (30/3/2016) ini, Kang Yoto duduk bersama akademisi dari UI, UGM dan Universitasn Canberra Australia. Ratusan sivitas akademika UI, UGM, dan peserta umum dari dalam dan luar negeri hadir dalam forum ini.
Mengawali paparannya, Kang Yoto mengungkap sebuah filosofi. "Reformasi dan inovasi dalam pelayanan rakyat…inovasi itu akibat..reformasi itu jalan..pelayanan terbaik itulah ruhnya," kata Kang Yoto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengapa kami membutuhkan inovasi? Alasan obyektif...masalah yang besar...tantangan yang besar dengan keterbatasan sumber daya manusia, biaya, waktu, tekanan publik dan spirit masa depan untuk semua...Bojonegoro dengan anugerah sumber daya yang dimiliki dengan segala potensinya juga memiki tantangan yang besar seperti persentase penduduk miskin lebih dari 28%, infrastruktur terutama jalan ke kecamatan dan desa yang sangat rusak dan permasalahan sosial ekonomi di masyarakat," kata Kang Yoto memaparkan sulitnya masa-masa awal memimpin Bojonegoro.
Karena itulah Kang Yoto mengambil sejumlah inovasi dalam memimpin Bojonegoro. Berikut paparan Kang Yoto selengkapnya, seperti siaran pers yang diterima detikcom.
Bojonegoro mulai melaksanakan pembangunan terarah dan fokus dan terus berbenah secara bertahap. Kami belajar dari kesalahan untuk segera melakukan inovasi berbasis rakyat segera mengimplementasi dengan tepat. Kesalahan itu terutama terkait: kesenjangan antara yang diperintahkan dengan outputnya, jebakan nomenklatur pada program, budaya/ zona nyaman pada aparat pejabat/PNS, mengancam, memecat tidak selamanya efektif.
Selanjutnya bagaimana mewujudkan inovasi? Selesaikan semua permasalahan dengan memastikan solusi problem rakyat sebagai orientasinya, mendobrak jebakan zona nyaman, reorentasi pembangunan. Transformasi dari selfish ke service. Tetapkan jangan…jangan katakan tidak mungkin….jangan komplain…jangan katakan tidak ada uang….jangan korupsi...
Bagaimana partisipasi publik dapat melaksanakan dan meningkatkan inovasi ? Mekanisme lebih efektif dengan 4D.. direct than represent, dialogic than debate, distribute secara adil, digital untuk mempercepat proses. Beberapa tool, pertama mendekatkan jarak kebijakan dengan problem rakyat. Kedua memastikan hubungan input, proses dan kebijakan. Ketiga menjaga budaya inovatif, transparansi, keterbukaan, management reviews dll. Hasil yang diharapkan perubahan besar,peningkatan pengetahuan, peningkatan keahlian, belajar bersama dan pembangunan berkelanjutan.
Hasilnya saat ini Bojonegoro berhasil keluar dari kesulitan, membangun secara inklusif, rakyat bisa berperan bersama sebagai subjek pembangunan dan Bojonegoro merasakan pembangunan sosial, ekonomi. Pembangunan inklusif dan berkelanjutan sesuai indikator Gini Ratio 0,24. Pertumbuhan ekonomi yang positif meningkat, peningkatan kualitas hidup dan penyediaan lapangan kerja ditunjukkan dari variabel menurunnya penduduk miskin dibawah 14% dan tingkat pengangguran terbuka menurun menjadi 3,10 % dan banyak indikator positif lainnya.
Bojonegoro siap menuju era SDGs. Lesson to learn (pembelajaran). Pengakuan dan kejujuran atas keadaan yang sebenarnya modal kita untuk meraih hidup yang lebih baik. Kami sangat percaya kunci dari semua penyelesaian masalah adalah manusia yang sehat, cerdas, produktif dan bahagia. Tidak ada keberhasilan tanpa sinergitas ketika ada pihak yang dikalahkan. Kekuatan itu pada kita dan kami percaya, inovasi itu akibat, reformasi itu jalan,pelayanan terbaik itu ruhnya,menghadirkan kehidupan yang lebih baik bagi sesama manusia dan planet itulah tujuannya. Dan percaya atau tidak keterbatasan itulah cambuknya, fleksibilitas itulah anginnya. (van/nrl)











































