Bicara Haluan Negara, Megawati Pamer Buku Masak Era Bung Karno

Bicara Haluan Negara, Megawati Pamer Buku Masak Era Bung Karno

Indah Mutiara Kami - detikNews
Rabu, 30 Mar 2016 15:11 WIB
Foto: Bagus Prihantoro/detikcom
Jakarta - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri membawa gagasan Soekarno ketika bicara tentang haluan negara. Gagasan yang diberi nama 'Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana' sudah dirumuskan ke banyak aspek, termasuk hingga urusan perut.

Dalam keynote speech-nya saat Konvensi Haluan Negara di JCC, Senayan, Rabu (30/3/2016), Mega berharap gagasan sang ayah itu bisa dibedah dan dianalisis. Konvensi ini sendiri diadakan oleh Aliansi Kebangsaan, FKKPI, dan Forum Rektor Indonesia.

Mega mengisahkan bahwa di era Bung Karno, dibentuk Dewan Perancang Nasional (Deparnas) yang bertugas untuk membuat pola pembangunan berdasarkan Pancasila dan kemudian diserahkan ke MPR. Deparnas membuat blueprint kebijakan politik pembangunan dalam Tripolq Pembangunan, yaitu: Pola Proyek, Pola Penjelasan dan Pola Pembiayaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Contoh dari Tripola Pembangunan pada bidang pangan adalah merancang bagaimana Indonesia berdaulat di bidang pangan dari hulu ke hilir. Bung Karno sendiri berulang kali menegaskan 'Jangan sampai lidah dan perut bangsa Indonesia terjajah'," papar Mega yang juga menampilkan slide presentasi ini.

Mega lalu menunjukkan buku berjudul 'Mustika Rasa'. Buku tersebut merupakan implementasi pembangunan semesta di bidang pangan.

"Bung Karno yang perintahkan susun buku kumpulkan resep warisan kuliner nusantara. Ini dibikin jaman Bung Karno, resep masakan semua. Yang tidak bisa masak, pakai buku ini langsung jadi chef," ujar Ketum PDIP ini disambut tawa hadirin.

Baca Juga:
Mustika Rasa, Satu-satunya Buku Masak Resmi yang Diterbitkan Pemerintah Indonesia.

Buku berisi 1600 resep asli Indonesia ini diterbitkan tahun 1967. Salah satu fokusnya adalah bagaimana mengubah pola konsumsi masyarakat Indonesia dari beras ke umbi. Mega pun menunjukkan bagaimana buku itu benar benar mencerminkan kuliner Indonesia.

"Gambarnya yang di depan pete. Benar-benar khas Indonesia," ucap Mega bangga.

Buku 'Mustika Rasa' itu hanyalah satu contoh bagaimana haluan negara diwujudkan ke kehidupan sehari-hari. Buku yang tampak sederhana itu sebenarnya merupakan hasil pemikiran dan penelitian ahli selama bertahun-tahun.

Oleh sebab itu, Mega mengajak para intelektual yang hadir di konvensi ini untuk membedah pemikiran-pemikiran soal haluan negara. Poin-poin pemikiran dari presiden-presiden sebelumnya juga bisa dimanfaatkan.

"Saya yakin saudara-saudara bukan intelektual di menara gading. Kalau nanti yang disusun Pembangunan Nasional Semesta Berencana sudah lengkap, sayang kalau dokumen yang sudah ada tidak dibuka lagi," papar Mega.

"Tidak perlu yang baru sekali. Monggo diambil dari jaman bapak saya, Pak Harto Habibie, Gus Dur, saya, SBY. Satukan," pungkasnya.

(imk/van)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads