"Yang bersangkutan kabur dari kelompok Santoso karena menilai Santoso tidak cocok menjadi figur pemimpin dalam gerakan jihad di Poso karena setelah tersangka bergabung dengan kelompok Santoso, tersangka baru mengetahui bahwa Santoso sangat lemah dalam pemahaman agama bahkan cenderung menyimpang dari ajaran Islam," jelas Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudy Sufahriadi kepada detikcom, Kamis (24/3/2016).
Sementara itu, Brother juga mengungkap bahwa amaliah Santoso dalam berjihad juga sudah menyimpang. Kelompok Santoso 'menghalalkan' amaliah seperti membunuh warga sipil yang sudah tua dengan cara memenggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ideologi tersangka yang kemudian bertentangan dengan Santoso yakni masalah fatwa Santoso yang memurtadkan anggotanya yang kabur karena tidak bisa bertahan di hutan. Santoso juga menghalalakan kepada anggotanya untuk membunuh anggotanya yang dianggapnya 'murtad'.
Tersangka juga menilai kelompok Santoso sudah tidak kompak dan tidak jelas arah serta tujuannya. Di antara para anggota kelompok juga sudah mulai timbul egoisme masing-masing.
"Intinya tersangka sudah tidak kuat dan tidak tahan lagi dengan penderitaan," tutupnya. (mei/hri)











































