Kecelakaan Helikopter milik TNI AD jenis Bell 412 EP di Desa Kasiguncu, Poso, pada Minggu (20/3), memang dalam rangka Operasi Tinombala. Operasi ini merupakan operasi gabungan TNI-Polri mengejar kelompok Santoso, bahkan akan terus diperpanjang sesuai instruksi Menko Polhukam Luhut B Pandjaitan.
"Masih jalan, Menko Polhukam malah suruh nambah lagi, minggu pertama bulan April kan sudah selesai, tapi nanti diperpanjang lagi 3 bulan. Nggak ada penundaan," ungkap Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Czi Berlin G saat berbincang dengan detikcom, Rabu (23/3/2016) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya alutsista pendukung, BKO 2 heli. Sekarang tinggal 1, nanti ditambah 1 lagi untuk menggantikan yang jatuh," kata Berlin.
Penambahan BKO ini diperlukan mengingat lokasi operasi berada pada medan yang sulit. Transportasi udara, sebut Berlin, sangat diperlukan.
"Kalau nggak ada, operasi nggak maksimal. Karena medan sulit, jadi memang butuh helikopter," jelasnya.
Selain helikopter, tidak ada alutsista dukungan lain dari TNI. Hanya personel yang bertugas dan persenjataan yang dibawa mereka.
"Hanya yang sudah dibawa sama pasukan sekarang saja, karena operasi itu kan operasi tempur yang nggak perlu alutsista khusus seperti tank. Jadi yang dibawa perorangan. Heli dari Penerbad itu kan BKO," terang Berlin.
Otoritas Amerika Serikat (AS) saat ini memasukkan Santoso ke dalam daftar teroris global dan menyebutnya sebagai pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT). TNI belum akan meningkatkan sumber daya maupun kekuatan dalam mengejar kelompok Santoso.
"Pada prinsipinya, kita tetap membantu Polri dengan Dansatgas Kapolda Palu. Kalau Polri masih bisa menangani, kita TNI hanya membantu," tutup Berlin. (elz/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini