"Fakta ini berdasarkan dari pengembangan tersangka AW. Bahwa AW diperintah SY (Siyono) untuk melakukan gerakan. Kelompok SY tahun 2014 pernah ditangkap 9 orang. Tahun 2015 ditangkap 4 orang. JI ini terkait bom Bali bahkan saat itu disita puluhan senjata api dan granat," kata Kadiv Humas Polri Irjen Anton Charliyan.
Hal ini disampaikan Anton saat menggelar jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/3/2016). Kapus Dokkes Polri Brigjen Arthur Tampa juga hadir dalam kesempatan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dari kesaksian AW, lanjut Anton, SY diketahui menyempunyikan 4 senjata api jenis M16, 10 pucuk senjata laras pendek dan sejumlah granat. Anggota Densus pun membawa SY menggunakan mobil untuk pengembangan atau mencari senjata-senjata yang dimaksud.
Mobil bergerak dari Klaten menuju wilayah Prambanan, Jawa Tengah. Di dalam mobil itu, SY duduk di jok sebelah kiri, anggota Densus di sebelah kanan dan sopir.
"SY ditutup matanya, awalnya dia kooperatif. Tapi ketika sampai di suatu tempat, dia tidak mau menunjukkan (lokasi)," ucapnya.
Siyono kemudian meminta kepada anggota untuk membuka borgol dan penutup mata, baru bersedia menunjukkan lokasi tersebut. Siyono langsung melayangkan pukulan kepada anggota saat borgol dan penutup mata dibuka.
"Sehingga terjadi perkelahian itu, SY terbentur kepalanya, pingsan," kata Anton.
SY kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Yogyakarta, namun nyawanya tidak tertolong dan meninggal dunia. "SY perakit pembuat senjata, punya keahlian khusus. Kelompok ini adalah kelompok JI, betul teroris. Bagaimana jika saat itu polisi kalah. Memang saat itu terjadi perkelahian. Perkelahian satu lawan satu, karena satu sopir," ujarnya.
"Dari keluarga juga sudah menerima kematian tersebut. Sudah diceritakan apa adanya. Masyarakat jangan terprovokasi. Yang meninggal itu adalah benar-benar pentolan teroris. Adapun ini masalah kecelakaan. Kalau anggota salah, kita tindak. Tidak ada tembakan. Satu lawan satu. Yang pertama dipukul adalah anggota kami," sambungnya.
Anton mengatakan Polri juga menyayangkan tewasnya Siyono. Sebab keterangan Siyono masih dibutuhkan untuk pengembangan penanganan kasus terorisme. "Tangan kosong berkelahi, tidak ada satu peluru pun di tubuh SY. SY terbentur besi. Jatuh dan meninggal saat perjalanan," sebutnya.
"Kedudukan SY strategis, sama dengan panglima perannya. Sangat berbahaya. Afliasi ke Al Qaeda. Belum ada keterkaitan dengan bom Thamrin atau juga belum ada kaitan dengan Santoso," tuturnya.
(idh/aan)