Ini Penjelasan Polri Soal Siyono yang Tewas Usai Ditangkap Densus 88

Ini Penjelasan Polri Soal Siyono yang Tewas Usai Ditangkap Densus 88

Idham Kholid - detikNews
Senin, 14 Mar 2016 14:52 WIB
Foto: Idham Khalid
Jakarta - Polri memberi penjelasan terkait tewasnya Siyono usai ditangkap Tim Densus 88 Antiteror Polri. Polisi memastikan Siyono merupakan teroris dari kelompok Neo Jamaah Islamiyah (Neo JI).

"Fakta ini berdasarkan dari pengembangan tersangka AW. Bahwa AW diperintah SY (Siyono) untuk melakukan gerakan. Kelompok SY tahun 2014 pernah ditangkap 9 orang. Tahun 2015 ditangkap 4 orang. JI ini terkait bom Bali bahkan saat itu disita puluhan senjata api dan granat," kata Kadiv Humas Polri Irjen Anton Charliyan.

Hal ini disampaikan Anton saat menggelar jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/3/2016). Kapus Dokkes Polri Brigjen Arthur Tampa juga hadir dalam kesempatan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari keterangan AW, SY memerintahkan kepada AW untuk menyerahkan senjata api 2 pucuk, 400 butir peluru dan beberapa granata. Kenapa harus diserahkan ke SY, karena yang bersangkutan sebagai panglima investigasi yang membawahi bidang rekrutmen," sambungnya.
Siyono perakit senjata, kedudukannya berbahaya


Dari kesaksian AW, lanjut Anton, SY diketahui menyempunyikan 4 senjata api jenis M16, 10 pucuk senjata  laras pendek dan sejumlah granat. Anggota Densus pun membawa SY menggunakan mobil untuk pengembangan atau mencari senjata-senjata yang dimaksud.

Mobil bergerak dari Klaten menuju wilayah Prambanan, Jawa Tengah. Di dalam mobil itu, SY duduk di jok sebelah kiri, anggota Densus di sebelah kanan dan sopir.

"SY ditutup matanya, awalnya dia kooperatif. Tapi ketika sampai di suatu tempat, dia tidak mau menunjukkan (lokasi)," ucapnya.

Siyono kemudian meminta kepada anggota untuk membuka borgol dan penutup mata, baru bersedia menunjukkan lokasi tersebut. Siyono langsung melayangkan pukulan kepada anggota saat borgol dan penutup mata dibuka.

"Sehingga terjadi perkelahian itu, SY terbentur kepalanya, pingsan," kata Anton.

SY kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Yogyakarta, namun nyawanya tidak tertolong dan meninggal dunia. "SY perakit pembuat senjata, punya keahlian khusus. Kelompok ini adalah kelompok JI, betul teroris. Bagaimana jika saat itu polisi kalah. Memang saat itu terjadi perkelahian. Perkelahian satu lawan satu, karena satu sopir," ujarnya.

"Dari keluarga juga sudah menerima kematian tersebut. Sudah diceritakan apa adanya.  Masyarakat jangan terprovokasi. Yang meninggal itu adalah benar-benar pentolan teroris. Adapun ini masalah kecelakaan. Kalau anggota salah, kita tindak. Tidak ada tembakan. Satu lawan satu. Yang pertama dipukul adalah anggota kami," sambungnya.

Anton mengatakan Polri juga menyayangkan tewasnya Siyono. Sebab keterangan Siyono masih dibutuhkan untuk pengembangan penanganan kasus terorisme. "Tangan kosong berkelahi, tidak ada satu peluru pun di tubuh SY. SY terbentur besi. Jatuh dan meninggal saat perjalanan," sebutnya.

"Kedudukan SY strategis, sama dengan panglima perannya. Sangat berbahaya. Afliasi ke Al Qaeda. Belum ada keterkaitan dengan bom Thamrin atau juga belum ada kaitan dengan Santoso," tuturnya.

(idh/aan)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads