"Candi Muaro Jambi sesungguhnya merupakan sistem percandian yang menempati area yang sangat luas yakni sekitar 4 x 8 kilometer. Candi ini diperkirakan dibuat pada abad ke 6-7 Masehi atau telah ada ketika I-Tsing, penjelajah dan pendeta dari Cina tiba di Kerajaan Sriwijaya," kata Arkeolog UI Ali Akbar, Rabu (9/3/2016).
Ali yang juga Ketua Masyarakat Arkelologi Indonesia menyampaikan, berdasarkan penelitian juga ternyata Kompleks Percandian Muaro Jambi merupakan Maha Wihara dalam pengertian sebagai pusat pendidikan yang sangat besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukti-bukti arkeologi seperti keramik juga menunjukkan adanya perdagangan dengan masyarakat mancanegara seperti dari Thailand, Myanmar, Cina, dan India, bahkan Persia dan Timur Tengah.
Ali mengungkapkan, sedikitnya ada tiga nilai penting mengapa percandian Muaro Jambi layak disebut sebagai World Heritage. Pertama adalah cakupan peninggalannya yang sangat luas yang terdiri atas bangunan peribadatan, pemukiman, sistem kanal, telaga buatan, dan bukit buatan.
Kedua, sejak abad ke-7 Masehi tercatat menjadi salah satu poros utama bagi para guru yang ingin belajar Buddha. Ketiga, masyarakat internasional telah datang melalui laut, berdagang, dan berinteraksi intensif di Muaro Jambi lewat Selat Malaka dan menyusuri Sungai Batang Hari.
"Sesungguhnya Percandian Muaro Jambi sudah diajukan pendaftarannya ke UNESCO sekitar 5 tahun lalu dan telah masuk dalam tentative list. Syarat-syarat minimal pengajuan telah terpenuhi, namun perlu upaya lanjutan yang gencar agar tercatat secara tetap sebagai World Heritage," tutup dia. (dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini