"Di FEB UGM sudah dimusnahkan, mulai tahun 2010. Tahun ini sudah tahap terakhir, Insya Allah selesai," ujar Koordinator Perpustakaan FEB UGM Atun kepada detikcom, Kamis (3/3/2016).
Proses digitalisasi dan pemusnahan dilakukan pada karya tulis di bawah tahun 2008. Sebab, sejak tahun 2008, mahasiswa hanya mengumpulkan skripsi, tesis, dan disertasi dalam bentuk softfile.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika diperlukan jasa pihak luar di dalam proses scanning atau penghancuran, semuanya tetap dilakukan di perpustakaan dengan pengawasan pihak kampus.
![]() |
"Kita panggil rekanan yang potong-potong kertas. Memotong sampai benar-benar terpisah. Motongnya juga di sini, jadi skripsi tidak pernah dibawa keluar," kata Atun.
Selain untuk mengurangi beban penyimpanan, proses ini dinilai bisa lebih mengakomodir kepentingan mahasiswa yang ingin mengakses karya ilimah dengan lebih efisien. Potensi plagiarisme juga dinilai bisa diminimalisasi.
Meski begitu, karya ilmiah tersebut hanya bisa diakses di komputer khusus berjaringan lokal di perpustakaan kampus tersebut.
Terdapat 12 unit komputer khusus untuk membaca skripsi, tesis, dan disertasi di tiap unit Perpustakaan FEB UGM. Karya ilmiah tak bisa dicopy atau didownload, hanya bisa dibaca.
"Kalau mau baca, mahasiswa sudah punya email khusus untuk log in. Umum bisa, tapi lewat kami log in-nya," tuturnya.
Atun memahami reaksi netizen yang marah atau sekedar heran dengan foto ribuan skripsi yang dibuang di Makassar. Menurutnya, perlakuannya memang tidak pantas dan berpotensi diambil oleh orang yang tak bertanggung jawab.
"Bagaimanapun itu karya ilmiah, harusnya kan diikat, ditumpuk rapi. Kalau digeletakkan saja, nanti diambil orang malah dicopy, gimana?" tanya Atun. (sip/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini