BNPB: Gempa 7,8 SR Mentawai Bukan Megathrust

BNPB: Gempa 7,8 SR Mentawai Bukan Megathrust

Yudhistira Amran Saleh - detikNews
Kamis, 03 Mar 2016 17:04 WIB
BNPB: Gempa 7,8 SR Mentawai Bukan Megathrust
Foto: Dok BMKG
Jakarta - Gempa 7,8 SR di lepas pantai Mentawai, Sumatera Barat, bukan gempa megathrust (gempa besar). Namun, perlu diteliti keseimbangan lempeng setelah gempa kemarin.

"Bukan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers soal gempa Mentawai di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Pusat, Kamis (3/3/2016). Dia ditanya apakah gempa semalam adalah megathrust.

BNPB menyebut gempa Mentawai berpusat di Samudera Hindia. Namun, Sutopo menambahkan perlu diteliti lebih lanjut dampak gempa 7,8 SR itu pada keseimbangan lempeng-lempeng gempa di sekitarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentu dalam hal ini BPPT, LIPI, perguruan tinggi dan universitas lainnya perlu melakukan penilaian bagaimana dampak gempa 7,8 SR terhadap sistem keseimbangan lempeng yang ada di segmen-segmen, baik itu segmen Aceh, Nias, Lampung, Bengkulu, maupun di sekitar Selat Sunda," imbuh dia.

Sebelumnya, Sutopo menjelaskan bahwa gempa kemarin malam itu terjadi di luar zona subduksi alias di luar zona tumbukan pertemuan dua lempeng.

(Baca juga: BNPB: Gempa di Mentawai Tadi Malam Berpusat di Samudera Hindia)

Sedangkan beberapa pakar gempa memprediksikan megathrust atau gempa besar terjadi di area zona subduksi, atau di zona tumbukan dua lempeng. Salah satu area yang perlu diwaspadai megathrust adalah Sunda Megathrust atau zona subduksi antara Lempeng India-Australia dengan Lempeng Eurasia menyimpan potensi kebencanaan bagi masyarakat.

"Sunda Megathrust itu dari Aceh hingga Andaman. Sudah ada beberapa titik yang release energinya, yang dikhawatirkan sekarang kawasan di depan Selat Sunda yaitu sekitar pantai barat Sumatera dan selatan Jawa," kata peneliti geoteknologi LIPI Haryadi Permana dalam diskusi di Gedung BPPT, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (7/4/2014) lalu.

Sedangkan mantan Presiden Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari, saat berbincang dengan detikcom, Senin (4/5/2015) lalu mengatakan potensi megathrust mesti diwaspadai di 2 wilayah sepi gempa.

"Di selatan Sunda di situ, zona subduksi belum bergerak. Suatu saat pasti akan bergerak. Kalau lihat potensi gempanya sih di atas 8. Tetapi bisa juga dilepaskan skala 6 (SR) 10 kali, juga bisa. Ini dikhawatirkan tidak terjadi di laut, melainkan di darat terpicu juga," papar Dewan Penasihat IAGI ini.

(Baca juga: Dampak Gempa Nepal pada Indonesia, Waspadai Gempa Besar di Sini)



Satu lagi titik yang perlu diwaspadai adalah di lepas pantai barat Sumatera. "Di Sumatera di sebelah barat kota Padang. Waspada untuk tsunami, ada daerah belum bergerak, sepi dari gempa, selama ini dikhawatirkan menumpuk kekuatannya hingga suatu saat terlepas semua kekuatannya. Itu juga berpotensi di atas 8 (SR)," imbuhnya.

Prediksi gempa pada 2015 lalu juga diutarakan Presiden GeoHazards, Brian Tucker. Tucker memprediksi gempa besar setelah gempa Nepal 7,9 SR pada 25 April 2015 lalu adalah di lepas pantai Sumatera.

(Baca juga: Setelah Nepal, di Mana Gempa Besar Berikutnya akan Terjadi?)

"Jika Anda bertanya pada saya di mana gempa besar akan terjadi, bukti terkuatnya adalah di lepas pantai Sumatera," imbuh Tucker setahun lalu.
Halaman 2 dari 1
(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads