Bertempat di sebuah kafe di Kota Ansan, Korea, Senin (8/2/2016), KOMAWO dideklarasikan di depan para pejabat KBRI Seoul. Suasana sangat meriah, tari Lengger asal Wonosobo ditampilkan, hadir juga kelompok band dangdut dengan beberapa penyanyi.
![]() |
Tidak tanggung-tanggung, sewa ruangan saja kalau dirupiahkan sebesar Rp 3 juta, konsumsi Rp 15 juta dan sewa band Rp 12 juta. Bukan hanya itu, para pesertanya menggunakan jaket sama dengan suguhan awal teh kotak made in Indonesia. Semua ditanggung para TKI asal Wonosobo itu. Wuih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saat ini, organisasi ini baru punya dana sekitar Rp 60 juta dari iuran sebagian anggota atau Rp 200 ribu sebulan per-orang. Diharapkan di masa datang, kontribusi anggota menjadi lebih luas sehingga target bisa terealisir segera," ujar Wawan.
Dalam sambutannya mewakili Duta Besar John A Prasetio, Koordinator Pelindungan WNI KBRI Seoul, M Aji Surya menekankan agar primordialisme Wonosobo harus berimplikasi positif. Selain itu, organisasi harus mampu menjauhkan anggotanya dari paham-paham ekstrem yang membahayakan.
![]() |
Acara yang dihelat di hari Imlek tersebut dihadiri hampir semua anggota yang datang dari seluruh penjuru Korea. Ketika kata KOMAWO diteriakkan maka para anggota sontak berteriak: "Salam kompak. Salam tempe kemul". Maklumlah, Wonosobo dikenal sebagai tempe yang digoreng dengan selimut (kemul) tepung. (trw/trw)