Begitulah kisah pengalaman Dias yang bertanggung jawab memonitor serta memandu dari jarak jauh lintas benua berkaitan tahapan perjalanan trio perempuan muda Fransiska Dimitri Inkiriwang (Deedee), Mathilda Dwi Lestari (Hilda) dan Indah Carolina (Caro). Ketiga pendaki asal Unpar tersebut tengah melakoni misi The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (WISSEMU).
"Ketika tim pendaki mulai bergerak menuju puncak Aconcagua, saya melototi dua laptop sekaligus," ucap Dias selaku Manajer Pendakian Tim WISSEMU sewaktu berbincang dengan detikcom di sekretariat Mahitala, kampus Unpar, Jalan Ciumbuleuit, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tim waktu itu memilih menggunakan jalur normal yang biasa dilewati para pendaki menuju puncak Aconcagua," ujar Dias.
Baca: Saat Merah Putih dan Angklung Bergema di Puncak Aconcagua
Cara kerja Dias mengandalkan penuh jaringan internet. Berkat teknologi canggih di era moderen saat ini sangat memudahkan Dias bertugas tanpa harus terjun langsung bersama tim pendaki yang berada di Argentina. Dirinya cukup mengakses daring penyedia layanan cuaca dan pemantau pergerakan orang yang dilengkapi visual topografi digital.
"Kalau memonitor pergerakan pendaki itu harus menggunakan alat GPS yang didaftarkan ke salah satu web berbayar. Kami bisa memantau pendaki bergerak per 10 menit yang otomatis tandanya muncul di layar laptop, lalu dapat mengamati pendaki berjalan di area ketinggian berapa atau memastikan posisi pendaki sudah tiba di puncak. Kalau kondisi cuaca dan kecepatan angin, kami mengakses ke salah satu web," tutur Dias.
![]() |
Bila peringatan cuaca buruk tampil dalam situs, Dias segera berkomunikasi dengan pendaki via telepon satelit. Hasil kesepakatan pendaki dan tim di Bandung, menurut Dias, penggunaan telepon satelit berlaku ketika situasi darurat dan pendaki selesai menapakan kaki di puncak gunung.
"Paling gampang pakai GPS. Waktu itu tim bawa satu alat GPS yang disimpan dalam tas. Kalau sistem kerjanya begini, pendaki atau pemonitor tidak lagi cerewet berkomunikasi lewat pesan singkat atau SMS. Simpan GPS, lalu berangkat dan mendaki," tutur Dias.
Baca: Momen Haru Saat Dua Mahasiswi Bersiap Menuju Puncak Aconcagua
Dias tak sendirian. Tim Publikasi WISSEMU Alfons Yoshio bersama anggota Mahitala lainnya terus-menurus mengamati proses penjelajahan Deedee, Hilda dan Caro di gunung Aconcagua. "Saya dari jam enam petang (30 Januari) hingga menjelang subuh (31 Januari) menunggu kepastian pendaki berada di puncak. Hasilnya tim sukses jejakan kaki di Aconcagua.
Berkat kekompakan tim di Bandung dan tiga pendaki yang selama penyusurannya dipandu langsung Sofyan Arief Fessa (salah satu peserta Seven Summits pada 2009-2011), misi menikmati keindahan puncak Aconcagua secara nyata terwujud.
Tim WISSEMU dijadwalkan tiba di Indonesia melalui Bandara Soekarno Hatta pada Jumat 5 Februari 2016, sekitar pukul 18.10 WIB. Pengurus Mahitala Unpar dan kerabat lainnya bakal menyambut serta menjemput Deedee, Hilda dan Caro di area kedatangan Terminal 2D. (bbn/trw)