Curhat Ical Soal Kepahitannya dan Tekad Tak Hanyut di Aliran Politik

Curhat Ical Soal Kepahitannya dan Tekad Tak Hanyut di Aliran Politik

Indah Mutiara Kami - detikNews
Minggu, 24 Jan 2016 09:29 WIB
Ical saat menyampaikan pidato politik di Rapimnas (Foto: Agung Pambudhy/detikFoto)
Jakarta - Kondisi Golkar dan sikap yang didapat oleh kubunya, ternyata membuat Aburizal Bakrie (Ical) merasakan kepahitan. Dia merasa sudah menang secara hukum, namun tidak kunjung diakui karena ada faktor-faktor politik.

Dalam pidato politiknya di pembukaan Rapimnas Golkar versi Munas Bali di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Sabtu (23/1/2016) malam, Ical bicara banyak soal keinginan menggelar Munas Luar Biasa (Munaslub), hingga dukungan ke pemerintahan Jokowi-JK. Di balik itu, ada ungkapan hati yang disampaikan oleh Ical.
Yasonna Laoly dan Luhut Pandjaitan hadir di lokasi (Agung Pambudhy/detikFoto)
Curahan hati itu dikeluarkan saat Ical bicara tentang kubu Munas Bali yang kemenangannya sudah di depan mata. Dalam acara yang juga dihadiri Menko Polhukam Luhut Pandjaitan dan Menkum HAM Yasonna Laoly sebagai wakil pemerintah, Ical menyindir soal supremasi hukum.

Baca juga: Pantun Ical: Jokowi Harapan Kita, Junjunglah Hukum Majulah Bangsa

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Proses hukum memang belum tuntas. Kita masih menunggu satu lagi keputusan Mahkamah Agung. Namun demikian, kita semua tahu bahwa supermasi hukum di negeri kita masih menjadi cita-cita luhur yang belum sepenuhnya terwujud dalam realitas. Selain proses hukum, faktor politik dan kekuasaan masih terus berperan dan menjadi faktor yang tak mungkin diabaikan," ucapnya.
Para peserta Rapimnas (Agung Pambudhy/detikFoto)
Seperti diketahui, kepengurusan hasil Munas Bali tidak mendapatkan SK dari Menkum HAM meski putusan MA dimenangkan oleh mereka. Oleh sebab itu, nasib Golkar jadi menggantung.

"Itulah kenyataan yang harus kita terima di republik tercinta ini, Memang agak pahit, tapi itulah realita kehidupan," sambung Ical.

Dia mengajak seluruh kader untuk tidak melulu menyalahkan kondisi itu. Kubu Munas Bali diminta bangkit dan mengakali kondisi ini dengan strategi politik juga.
Rapimnas Golkar versi Munas Bali (Agung Pambudhy/detikFoto)
"Mengalir tapi tidak hanyut. Kita mengalir, kita terima realitas politik yang ada, kita memahaminya, kita bergerak bersamanya," ujar mantan Menko Kesra ini.

Strategi itu adalah dengan mendorong adanya Munas Luar Biasa (Munaslub). Ical memang menyerahkan keputusannya kepada peserta Rapimnas, tetapi dia tetap memberikan permintaan, yaitu agar Munaslub tersebut digelar sebelum Ramadan 2016.
Suasana Rapimnas Golkar versi Munas Bali (Agung Pambudhy/detikFoto)
Ical menjelaskan bahwa keputusan Munaslub ini diambil karena adanya kondisi yang tidak normal. Sekali lagi, dia menekankan betapa pahitnya situasi ini baginya.

"Sedih, pahit. Kita harus pandai membaca situasi. Di Indonesia terkadang politik ada di atas supremasi hukum. Kita terima ini untuk persatukan kembali Partai Golkar. Kita terima meski pahit," tuturnya. (imk/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads