"Jakarta dan sekitarnya telah dihuni manusia sejak sekitar 4000 tahun yang lalu atau 2000 Sebelum Masehi. Berdasarkan survei dan ekskavasi arkeologi sejak tahun 1970-1995 diketahui terdapat belasan situs prasejarah di tepi Sungai Ciliwung. Namun, setelah itu atau hampir 20 tahun telah berlalu, praktis tidak ada lagi riset prasejarah di tepi Sungai Ciliwung," jelas Ketua MARI Ali Akbar, Selasa (12/1/2016).
Ali mengungkapkan, lacak Artefak kali ini diikuti Komunitas Ciliwung, Asosiasi Pilot Drone Indonesia, Bike to Work Indonesia, Geographical Mountaineering Club UI, GenKreatif, dan Komunitas Peta Hijau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ali mengungkapkan, berdasarkan informasi dari seorang warga bernama Dicky yang saat ini berusia sekitar 40 tahun dan lahir di Condet, orang-orang tua sering menyebut ada makam yang lebih tua dari Pangeran Antawana. Namun, ia sendiri belum pernah melihatnya. Tim Lacak Artefak akhirnya fokus mencari makam tersebut.
"Setelah menelusuri tepian sungai, makam yang dimaksud akhirnya ditemukan. Makam ini tidak ada nisan yang berisi tulisan. Penanda makam adalah batu-batu kali yang disusum sedemikian rupa sehingga menyerupai makam. Struktur seperti ini mirip dengan bentuk makam prasejarah. Berdasarkan riset-riset sebelumnya, situs-situs pemukiman prasejarah memang cukup banyak ditemukan di tepi Sungai Ciliwung. Namun, makam dan bangunan peribadatannya belum diketahui sampai sekarang," ujar dia.
"Untuk membuktikannya akan diadakan ekskavasi arkeologi di sekitar struktur yang diduga makam tersebut. Mengingat saat ini musim hujan dan mengantisipasi kemungkinan banjir, maka ekskavasi akan dilakukan di bulan Maret 2016," tutup dia. (dra/dra)