Orang-orang yang Hilang Misterius karena Diduga Gabung Gafatar

Orang Hilang Direkrut Gafatar

Orang-orang yang Hilang Misterius karena Diduga Gabung Gafatar

Ikhwanul Khabibi - detikNews
Selasa, 12 Jan 2016 05:26 WIB
Orang-orang yang Hilang Misterius karena Diduga Gabung Gafatar
Foto: Ilustrator: Andhika Akbarayansyah/detikcom
Jakarta - Dalam kurun waktu 3 minggu, berita hilangnya orang secara misterius ramai terjadi. Beberapa kejadian orang hilang secara misterius terjadi di Yogyakarta.

Berita orang hilang secara misterius diawali dengan mencuatnya berita dr Rica Tri Handayani yang menghilang. Saat itu, Rica menghilang dengan membawa anaknya yang masih balita.

Tak lama berselang, muncul lagi berita ada 2 PNS RS Sardjito, Yogya yang menghilang secara misterius. Polda DIY pun kebanjiran laporan kehilangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Petugas kepolisian dari Polda DIY lalu melakukan pencarian. Akhirnya, polisi berhasil menemukan Rica beserta anaknya di Bandara Pangkalan Bun.

Polisi menyebut, kuat dugaan Rica pergi karena bergabung dengan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Beberapa kejadian orang hilang misterius juga disebut-sebut terkait dengan Gafatar.

Lalu, apa sebenarnya Gafatar?

Di website Gafatar, organisasi ini disebut dideklarasikan di Kemayoran, Jakarta Pusat, pada tahun 2012. Awalnya, organisasi berlambang sinar matahari berwarna oranye ini terdiri dari 14 DPD. Tidak ada update soal jumlah kepengurusan, namun di website lain disebutkan jumlah kepengurusan berkembang hingga 34 DPD.

Dasar pendirian organisasi adalah belum merdekanya Indonesia. Menurut mereka, Indonesia masih dijajah neokolonialis. Di sisi lain, para pejabat serakah dan kerap bertindak amoral. "Kenyataan ini membuat kami terpicu untuk berbuat," tulis Gafatar sebagaimana dikutip detikcom, Senin (11/1/2016).

Program kerja Gafatar di antaranya ketahanan dan kemandirian pangan. Mereka memajang dokumentasi kegiatan seperti perkemahan, pelatihan kebencanaan, pelatihan untuk remaja, dan lain-lain.

Namun, Kapolda DIY Brigjen Erwin Triwanto menyebut bahwa Gafatar adalah organisasi terlarang.

Berikut cerita orang-orang yang hilang secara misterius diduga terkait Gafatar:

dr Rica dan Anak Balitanya

Foto: Sukma Indah P/detikcom
dr Rica Tri Handayani dan anaknya Zafran Alif Wicaksono berhasil ditemukan setelah hampir 2 minggu menghilang. Polisi menduga, kepergian mereka dengan 3 korban lainnya berkaitan dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

"Belum bisa (disimpulkan gabung Gafatar). Tapi kalau mendengar keterangan dari suaminya, sebelum menikah (Rica) memang aktif di Gafatar. Setelah menikah mandeg," ujar Brigjen Erwin Triwanto.

Hal ini disampaikan Erwin dalam jumpa pers yang digelar di Polda DIY, Ring Road Utara, Sleman, Senin (11/1/2016).

"Tapi setelah suaminya sekolah lagi di Yogya. (Rica) bolak-balik, diduga di situ komunikasi dengan Gafatar dimulai lagi," imbuhnya.

Rica dan anaknya ditemukan bersama 3 korban lainnya yang berasal dari Boyolali.

"Keseluruhannya hasil rekrut diduga tersangka E dan V," kata Erwin.

Siswa SMA di Yogyakarta

Surat Kevin Aprilio (Foto: Sukma Indah P/detikcom)
Seorang siswa SMA Ahmad Kevin Aprilio (16) dilaporkan ibunya menghilang setelah diajak pergi sang ayah pada November 2015.

"Saya tidak bisa hubungi lagi sejak 28 November 2015," kata sang ibu Olivia Sandra Yunita.

Hal ini disampaikan Nita kepada detikcom, Senin (11/1/2016). Nita bercerita dia dan mantan suaminya Sanggar Yamin atau Angga bercerai sejak tahun 2008. Meski begitu keduanya masih berhubungan baik terutama berkaitan dengan urusan sang anak.

Pada hari tersebut, Kevin dijemput sang ayah. Angga mengaku ingin mengajak Kevin menjenguk kakeknya di Bima, Nusa Tenggara Barat.

"Dia jemput Kevin pakai motor. Katanya ke Bima naik mobil bareng temannya. Mereka akan mampir ke Bali dan Mataram, pulangnya setelah 2 minggu," kata Nita.

Saat itu Nita tak memiliki firasat apapun. Hingga malam harinya, dia mendapati nomor ponsel dan semua media sosial anak dan mantan suaminya tidak aktif. Kekhawatirannya bertambah saat menghubungi keluarganya di Bima dan Mataram yang hasilnya nihil.

Setelah mencari ke sekolahnya yang di bawah organisasi Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), di Dusun Kadisoka, Purwomartani, Kalasan Sleman, Nita tak memperoleh kejelasan. Sekolah itu, kata Nita, saat itu sedang vakum.

"Tapi 3 hari kemudian saya ke sana lagi katanya sudah jadi paket agen dan 8 hari setelah itu saya ke sana lagi katanya di situ tidak pernah ada anak-anak kumpul karena di situ gudang alat-alat pertanian," kisahnya.

Seminggu setelah Kevin hilang, Nita melapor ke Polda DIY. Tapi ditolak karena kurang bukti. "Jadi saya lapor orang hilang ke Polsek Mlati," tuturnya.


2 Keluarga di Mojokerto yang Pindah ke Kalimantan

Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom
2 keluarga asal Desa/Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur pindah ke Kalimantan. Kepindahan kedua keluarga ini disebut-sebut mengikuti aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra) Desa Puri Purnomo mengkonfirmasi terdapat 2 keluarga di desanya yang pindah ke Kalimantan. Yakni keluarga Mujiutomo (53) dan Supardi (48).

Menurut dia, Mujiutomo merupakan guru di SMPN 1 Jetis Mojokerto yang berstatus PNS. Tanpa diduga, guru Bahasa Inggris yang juga menjabat Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Puri itu memilih pindah ke Kalimantan sejak November 2014. Dia rela melepaskan pekerjaannya yang sudah tergolong mapan. Rumahnya yang tergolong bagus pun dibiarkan kosong tak terawat.

Tak sendirian, pria kelahiran Desa Puri itu juga mengajak anak, istri, menantu, serta cucunya ke Kalimantan. Istri Mujiutomo bernama Bahrul Izzah (53), anak pertama, Hikmatin Rizkiyah (27), menantu Fathul Khoir Ham (37), cucu Azelio Dasha Baswara El Fath usia 3 bulan, serta anak ke 3 Nuzila R Fajriyah (21). Sementara anak ke dua Walan Yudli'ani (25) diketahui tinggal dan bekerja di Pare, Kediri.

"Berdasarkan surat pindah, alamat yang dituju oleh keluarga Pak Muji adalah Desa Sejegi, Kecamatan Mempawah Timur, Pontianak, Kalimantan Barat. Saat mau pindah Pak Muji sempat bilang ke Pak Kepala Desa (Puri) tujuan pindahnya untuk mengikuti organisasi Gafatar," kata Purnomo kepada wartawan, Senin (11/1/2016).

Keterlibatan keluarga Mujiutomo dalam kelompok aliran Gafatar bukan hal baru bagi Purnomo. Hanya saja sehari-hari perilaku Mujiutomo dan keluarganya terlihat normal seperti masyarakat umumnya.

"Pak Mujiutomo ini membaur dengan masyarakat dan tidak membuat jarak. Orangnya pendiam. Kegiatan keagamaan aktif," ujarnya.

Selain keluarga Mujiutomo, lanjut Purnomo, keluarga Supardi juga dikabarkan pindah ke Kalimantan. Supardi mengajak serta istrinya Siti Uminah (47), 2 anak dan adik iparnya Sunardi. Hanya saja keluarga ini tak mengurus surat pindah ke Desa Puri.

"Yang Supardi penduduk sini namun tinggal di Surabaya. Saudaranya yang tinggal di sini cerita kalau Supardi bersama anak, istri, dan adik iparnya pergi ke Kalimantan. Setahu saya kedua keluarga ini ikut organisasi yang sama, yakni Gafatar," ungkap Purnomo.

Erri Mahasiswa Semester IV di ITS

Foto: Zainal Effendi/detikcom
Ditemukannya dr Rica membuat Keluarga Suharijono-Erna Nurindra menemukan semangat lagi untuk mencari Erri Indra Kausar anaknya yang hilang sejak 17 Agustus 2015. Diduga kuat, hilangnya Erri Indra Kausar setelah bergabung dengan Gafatar.

"Setelah melihat tayangan televisi dr Rica ditemukan, banyak keluarga meminta untuk kembali semangat mencari Erri," kata Erna saat ditemui detikcom dirumahnya di kawasan Komplek TNI AL, Kenjeran Surabaya, Senin (11/1/2016) malam.

Erri sendiri merupakan mahasiswa semester IV Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) jurusan elektro dan menghilang setelah dijemput teman pria yang diketahui bernama Bismar Jati Pernama yang diketahui anggota Gafatar.

"Kita tahunya dia masuk Gafatar jauh sebelum meninggalkan rumah setelah ngobrol biasa dengan bapaknya dan bilang kalau organisasi itu bergerak bidang sosial," ujar Erna,

Erna mengungkapkan, dirinya dan suaminya sempat melarang Erri aktif lagi di ormas tersebut. "Karena suami saya tahu ormas itu tidak jelas, beberapa hari sebelum pergi sempat diajak salat subuh jamaah di masjid tapi malah pergi pulang," ungkapnya.

Singkat cerita, pada 17 Agustus 2015 sebelum meninggalkan rumah. Erri sempat bersih-bersih rumah dan mengganti sprei tempat tidurnya, kemudian menjelang Maghrib dijemput Bismar menggunakan sepeda motor.

"Saat itu pamitan sambil bawa tas ransel dan kardus. Saat saya tanya isi kardus, dia (Erri) hanya bilang milik teman. Keesokan harinya saya berusaha telepon dan sms tidak dibalas," tutur Erna yang masih aktif bertugas di Lantamal V TNI AL.

Ia berharap dengan ditemukannya dr Rica, anak terakhirnya dari dua bersaudara bisa segera ditemukan dan bisa berkumpul lagi dengan keluarga.

"Moga moga dapat mukjizat anak saya cepat pulang, semua ujian dari Allah," harapnya.

Vivi Mahasiswi UNS dan Diah Ayu dari Yogya

Foto: Sukma/detikcom
Saat dr Rica ditemukan, ada 2 keluarga yang sanak keluarganya hilang diduga setelah bergabung dengan Gafatar yang datang ke Polda DIY. Mereka datang untuk melihat perkembangan kasus orang hilang yang terkait dengan Gafatar.

"Saya datang melihat perkembangan, siapa tahu ada info soal Gafatar," ujar Fikri Hermawan (24).

Hal ini disampaikan Fikri di sela jumpa pers soal penemuan dr Rica dkk di Polda DIY, Ring Road Utara, Sleman, Senin (11/1/2016). Fikri mengaku, adiknya Silvi Nur Vitriani (20) hilang sejak Desember 2015 lalu.

Mahasiswi semester 5 Fakultas Teknis Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini menghilang setelah mengirimkan surat kepada keluarganya di Banjarnegara. Dalam surat tersebut, Silvi berpamitan kepada keluarganya demi menegakkan dien.

"Yang Vivi lakukan adalah pengorbanan kepada Tuhan dalam penegakkan dien," tulis Silvi.

Fikri mengungkapkan sang adik telah bergabung dengan Gafatar sejak 1,5 tahun yang lalu. Sang orang tua sempat melarang Silvi untuk berkegiatan di ormas tersebut.

"Karena adik saya jadi lepas kerudung, nggak mau salat, nggak mau puasa, nggak mau ngaji. Sampai berdebat sama orang tua," imbuhnya.

Setelah menerima surat itu, keluarga sama sekali tak bisa menghubungi Silvi. Semua nomor HP hingga akun-akun media sosial tak aktif.

"Pacarnya yang ngajak adik saya ikut Gafatar juga hilang, nggak bisa dihubungi lagi," tutur Fikri yang saat ini duduk di semester akhir Jurusan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Tak hanya Fikri, datang pula M Taufik dan Farid yang merupakan ayah dan paman Diah Ayu Yulianingsih (28). Wanita yang akrab disapa Ayu ini hilang sejak 11 Desember 2015.

Tak sendirian, Ayu membawa serta anaknya yang berusia 2 tahun Raina Ayranica Salyaputri. Ayu pergi dari rumahnya di Perumahan Candi Gebang Permai Blok VI No 1 Wedomartani, Sleman, DIY 3 bulan setelah suaminya meninggal dunia.

Diah Ayu (Sukma/detikcom)


"Setelah pergi Ayu kirim sms panjang ke ibunya. Dia bilang ingin cari kehidupan yang lebih baik, cari kerjaan dengan gaji yang besar," kata sang Paman Farid.

Farid mengatakan bahwa Ayu bergabung dengan Gafatar pada 2006. Setelah lama tak aktif di Gafatar, kata Farid, Ayu diduga kembali aktif di ormas tersebut setelah suaminya meninggal.

"Didatangi lagi sama orang-orangnya (Gafatar). Karena Ayu kondisinya baru saja ditinggal (meninggal) suaminya, jadi masih labil," tuturnya.

Halaman 2 dari 6
(Hbb/Hbb)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads