Setiap berganti jabatan, Johan akan berpindah ruangan kerja. Setiap berpindah ruangan, ada benda yang selalu dia bawa.
Johan yang mengenakan kaos biru, menyeruput kopi pahitnya sebelum mengenang masa-masa di KPK. Sedikit termenung, dia lalu teringat satu benda yang selalu ada di ruang kerjanya, yakni gelas kopi yang dibelikan sang ibu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Gelas minum itu adalah gelas biasa, terbuat dari kaca biasa, tapi sangat istimewa baginya. Setiap hari, gelas itu pasti selalu ada di meja kerja Johan. Isinya tak pernah kosong, pasti ada kopi pahit di dalam gelas itu.
"Itu pemberian ibu saya, buat saya berharga karena dari ibu saya. Di pasaran juga banyak gelas itu, tapi karena itu dari ibu, menjadi sangat penting bagi saya," jelasnya.
Bahkan, ketika pria 48 tahun itu mengundurkan diri dari KPK, benda yang tidak boleh terlupa untuk dibawa pulang adalah gelas kaca dan tutup hijau pemberian ibunya itu. Kini, gelas itu juga yang selalu digunakan Johan untuk menikmati kopi pahit di rumahnya. Gelas itu pula yang kini menemani waktu-waktu luangnya.
(Baca juga: 'Ternak Teri' Johan Budi untuk Bayar Utang Waktu ke Keluarga)
Tak hanya gelas kopi yang menjadi benda kesayangan Johan. Ada benda lain yang menurutnya sangat mewah yang dibelikan sang ibu untuk dirinya. Benda mewah itu adalah baju batik pemberian ibunda.
Mantan Jubir KPK itu mengisahkan, beberapa tahun yang lalu ketika dirinya pulang kampung ke Mojokerto, tiba-tiba ibunya memberikan baju batik untuk dipakainya. Saat itu, ibunda Johan merasa bahwa baju yang dikenakan Johan hanya itu-itu saja ketika tampil di TV.
"Ibu bilang, iki le tak tukokno klambi batik. Soale tak delok nang tipi batikmu iku iku wae koyo gak ganti-ganti (ini nak, aku belikan baju batik. Soalnya aku lihat di televisi kok baju batikmu itu-itu saja seperti nggak pernah ganti)," kenang Johan.
![]() |
Ibunda Johan memang tak pernah mau ketinggalan berita tentang anaknya. Setiap hari dia menunggu sang anak muncul di layar kaca. Bahkan, ketika ada foto Johan di koran, sang ibu meminta agar adik Johan untuk memotong foto kakaknya. Potongan-potongan foto Johan di koran itu kemudian dijadikan kliping dan diletakkan di bawah bantal tidur ibunda.
"Dari sisi harga memang tidak seberapa. Berapa si harganya? Di pasaran juga banyak, saya mampu juga membeli lebih bagus dari itu, tapi kan nilainya. Itu yang mengingatkan akan pesan-pesan ibu saya untuk selalu hidup lurus, jujur, jangan lupa solat, itu aja pesannya di manapun saya bekerja," kisah Johan dengan gaya tenangnya.
(Baca juga: Johan Budi, 'Raja Jalanan' dari Mojokerto)
Batik itu kini selalu tersimpan rapi ke lemari Johan. Dari sekian banyak baju yang dia punya, batik dari ibu itulah yang paling berharga.
(kha/slh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini