Cukup banyak calon penumpang di halte-halte busway yang terlihat bingung saat melihat bus feeder berhenti membuka pintu tengahnya. Mereka bahkan tidak jarang malah bertanya-tanya baik ke petugas halte maupun sesama penumpang.
"Itu bus apaan? Eh kok TransJakartanya lebih kecil ya ukurannya?" kata seorang penumpang bernama Aulia kepada detikcom di Halte Sarinah, Selasa (29/12/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengaku beberapa kali memang melihat bus itu wara-wiri, namun tidak pernah naik karena dikira bus APTB dan dipungut biaya lagi di dalamnya. Menurutnya, promosi pengintegrasian Kopaja AC dan PT Transportasi Jakarta menjadi feeder kurang gencar.
"Promosinya kurang kedengaran. Saya saja baru tahu dari mbak kalau itu gantinya Kopaja AC. Soalnya dari warna juga agak nyaru ya sama bus APTB yang ke Tanah Abang itu, biru muda gitu kan cuma yang ini lebih kecil saja," kata perempuan yang bekerja di salah satu perusahaan swasta itu.
"Kirain APTB tuh," sambungnya.
Selain itu, bus feeder tidak dilengkapi dengan pengumuman pemberhentian halte melalui pengeras suara. Sehingga tidak jarang orang yang baru pertama kali naik bus sedang itu jadi kebingungan. Apalagi kalau rute busnya tidak familiar.
Beberapa kali sopir bus lah yang harus bersuara mengumumkan halte-halte yang dilewatinya. Meski demikian, adanya CCTV yang terpasang dalam bus bagian depan cukup dinilai baik oleh sejumlah penumpang.
"Kurangnya enggak ada pengumuman info pemberhentian halte kayak di bus-bus Koridor 1 ya, tapi bagusnya ada CCTV jadi penumpang merasa lumayan aman lah," tutup Aulia saat naik bus feeder hingga Halte Duren Tiga ini.
Saat ditanyakan kepada Dirut PT Transportasi Jakarta ANS Kosasih, dia mengatakan bahwa pihaknya akan lebih gencar mempromosikan bus feeder. Salah satunya melalui pemasangan poster di halte-halte busway.
"Kami akan umumkan pakai poster," kata Kosasih saat berbincang dengan detikcom. (aws/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini