Tampil dalam bingkai Indonesia Jazz Night di tempat prestisius Koninklijke Conservatorium Den Haag, Dwiki dkk benar-benar mendapat hujan standing ovation, Jumat malam atau Sabtu (21 November 2015 WIB).
Sebanyak 375 penonton memadati balkon sayap kiri-kanan dan kursi utama konservatorium berkapasitas resmi 350 kursi, sebagian terlihat berdiri.
Aksi Dwiki dkk menyihir penonton di Koninklijke Conservatorium Den Haag (Eddi/detikcom) |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ibnu, konser ini sekaligus ingin menunjukkan betapa instrumen musik tradisional khas Indonesia angklung dapat untuk memainkan komposisi berirama jazz.
"Kita kenalkan angklung yang juga bisa untuk jazz, sekaligus memperingati 5 tahun angklung sebagai warisan budaya indonesia yang diakui oleh UNESCO," pungkas KUAI.
Diperkuat line up Tohpati (gitar), Kevin Josua (bass), Elfa Zulham (drum), Sigit Arditya (biola), Ade Rudiana (kendang), dan vokalis Dira Sugandi, Dwiki yang memainkan piano dan synthesizer langsung menggebrak dengan Jazz for Freeport.
Disusul berturut-turut Paris Barantai, Ie, Prambanan Mood, Frog Dance, Lukisan Pagi, Whale Dance, Pasar Klewer, Bubuy Bulan, Lamalera's Dream, Arafura, The Spirit of Peace.
Sebagaimana tersirat dari judul, Dwiki berhasil menghadirkan Indonesia betul-betul, dan membawa penonton terbang ke daerah asal yang mewarnai lagu.
Β
Seperti pada lagu Frog Dance yang diwarnai unsur etnik Bali. Menurut Dwiki, lagu ini diilhami oleh suara kodok yang ia dengar saat berlibur bersama keluarga di Ubud, Bali.
Sementara nada-nada etnik Jawa nan magis kental terasa pada lagu Prambanan Mood dan Pasar Klewer, sedangkan unsur etnik dan atmosfir Indonesia timur menonjol pada lagu Arafura, Ie dan Lamalera's Dream (NTT).
Sebelumnya, konser ini dibuka dengan penampilan tari dan lagu Sajojo oleh mahasiswa Papua dari Politeknik Negeri Semarang dan konser angklung berirama jazz dari grup Angklung Eindhoven, di antaranya menampilkan lagu New York New York, yang dipopulerkan oleh Frank Sinatra.
Koordinator Fungsi Pensosbud dan penanggung jawab Indonesia Jazz Night Azis Nurwahyudi mengaku lega bahwa feedback dari para penonton, terutama dari undangan kehormatan, sangat positif.
"Mereka surprised bahwa ternyata musisi jazz Indonesia sangat berkualitas. Ke depan, promosi budaya Indonesia modern ini akan saling melengkapi budaya tradisional sebagai satu kesatuan budaya Indonesia yang utuh," demikan Azis.
Ditambahkan, bahwa konser jazz yang diselenggarakan KBRI Den Haag dan Rumah Budaya Indonesia ini akan menjadi agenda tetap tahunan di Belanda. (es/hri)












































Aksi Dwiki dkk menyihir penonton di Koninklijke Conservatorium Den Haag (Eddi/detikcom)