Cerita Cinta Margonda dan Maemunah, Tetap Setia Hingga Ajal Menjemput

Kisah Pahlawan Muda

Cerita Cinta Margonda dan Maemunah, Tetap Setia Hingga Ajal Menjemput

Wisnu Prasetiyo - detikNews
Selasa, 10 Nov 2015 20:20 WIB
Foto: Andhika Akbarayansyah/detikcom
Jakarta - Selain kisah heroik perjuangan Margonda yang gugur saat bertempur melawan penjajah di Pancoran Mas, Depok, pada tahun 1945 silam, kisah cinta Margonda juga menjadi sisi lain yang menarik diikuti. Bagaimana kisahnya?

Margonda dan istrinya Maemunah adalah pengurus organisasi Pagoejoeban Pasoendan. Margonda sebagai wakil ketua organisasi dan istrinya anggota. Mereka bertemu tahun 1943 dan akhirnya menikah di tahun yang sama.

Keduanya menikah pada Rabu, 24 Juni 1943 di Bogor. Wali nikahnya adalah ayah kandung Maemunah yakni Mintaredja. Mas kawin Margonda untuk Maemunah berupa uang Rp 170.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Foto: Wisnu Prasetiyo


Setelah menikah, keduanya menetap di Gang Slot nomor 1, Jalan Ardio, Bogor. Mereka dikarunia satu orang anak bernama Jopiatini. Namun baru merajut 2 tahun biduk rumah tangga, Margonda harus pergi selama-lamanya.

"Ibu saya Maemunah kan menikahnya tidak lama, kalau tidak salah 2 tahun. Kemudian Bapak berjuang, hingga tewas di Kali Bata," ucap Jopiatini (72) saat berbincang dengan detikcom di rumahnya Jalan Usman Harun V nomor 7, Kebon Pala, Jakarta Timur, Selasa (10/11/2015).

Margonda gugur diterjang timah panas musuh saat dirinya hendak melempar granat ke pasukan musuh. Dia tumbang berlumuran darah di pinggir Kali Bata, Pancoran Mas, Depok.

Kabar kematian Margonda ini sempat membuat sang istri tak percaya. Bahkan ada cerita yang mengatakan Maemunah selalu pergi ke Stasiun Bogor bersama anaknya Jopiatini yang kala itu masih berusia 1 tahun lebih. Keduanya menunggu dan berharap Margonda pulang dengan selamat.

"Waktu itu usia saya sekitar 1 atau 2 tahun jadi tidak tahu kalau Bapak sedang berperang. Terkait perjuangannya saya tidak tahu banyak, tapi Bapak memang meninggalnya di Kali Bata, Depok," ucap Jopiatini.

Foto: Wisnu Prasetiyo


Setelah Margonda meninggal, Maemunah membesarkan anaknya soerang diri. Bahkan dia tidak menikah lagi hingga ajal menjemputnya pada 2006 lalu.

"Ibu tidak menikah lagi sampai beliau meninggal," katanya.

Maemunah berhasil membesarkan Jopiatini soerang diri dari kecil, kuliah hingga akhirnya menikah. Jopiatini kuliah di UI jurusan Ekonomi dan menikah dengan seorang TNI AL bernama Abu Hanifah.

Foto: Wisnu Prasetiyo

Jopiatini bangga ayahnya seorang pejuang dan namanya diabadikan menjadi nama jalan utama di Depok. Meski begitu dia tidak berharap apa-apa. Nama Margonda dikenal bukan hanya sebagai nama jalan tapi juga sebagai pejuang saja itu sudah cukup baginya.

"Kalau saya sih nggak mau minta apa-apa, yang penting saya yakin Bapak saya sudah di surga. Tapi yang jelas masyarakat harus tau kalau Margonda itu nama Bapak saya, pejuang. Bukan nama buah atau tanaman. Saya sering dengar orang-orang menyebut kalau Margonda itu nama buah dan semacamnya yang menjadi identitas Depok," ujarnya.

Foto: Dok detikcom
(slm/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads