Saat Kumandang Azan Saling Bersahutan di Yerusalem

Hubungan Israel-Palestina

Saat Kumandang Azan Saling Bersahutan di Yerusalem

Erwin Dariyanto - detikNews
Rabu, 04 Nov 2015 15:40 WIB
Foto: Erwin Dariyanto
Yerusalem - Otoritas Israel disebut pernah berencana melarang azan berkumandang dari masjid-masjid di Yerusalem. Alasannya kumandang azan melalui pengeras suara mengganggu sekitar 500 ribu pemukim Yahudi yang tinggal di Tepi Barat dan Yerusalem. Seperti apa sebenarnya suasana di Yerusalem itu saat ini?

Pekan lalu, detikcom bersama lima jurnalis Indonesia serta Thailand berada di Yerusalem untuk merasakan langsung kehidupan di wilayah tersebut.

Yerusalem adalah kawasan terpenting dan tertua di Israel yang diakui sebagai kota suci bagi pemeluk agama Islam, Kristen dan Yahudi. Untuk melihat landscape kota itu salah satunya bisa dengan berdiri dari kawasan Bukit Sion yang terletak di sebelah tenggara Yerusalem.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ratusan wisatawan, khususnya yang beragama Kristen dan Katolik, berkunjung ke Bukit Sion setiap harinya. Maklum, bagi mereka Bukit Sion adalah salah satu tempat bersejarah. Beberapa peristiwa penting diyakini terjadi di Bukit Sion.

Seperti peristiwa perjamuan terakhir Yesus dengan murid-muridnya sebelum akhirnya disalib. Di wilayah ini pula diyakini Maria, ibu Yesus, dimakamkan. Selain melakukan wisata ziarah, mereka juga ingin melihat keindahan Yerusalam dari atas bukit. Dari Bukit Sion, pengunjung bisa melihat langsung pemandangan kota Yerusalem. Permukiman warga Yerusalem terhampar luas dari satu dataran tinggi hingga dataran rendah membentuk sebuah mozaik yang indah dan eksotis nan sempurna.

Pengunjung juga bisa melihat Masjidil Aqsa yang berdiri anggun berdampingan dengan Dome of the Rock di Bukit Moriah. Sejumlah menara masjid dan gereja juga nampak berdiri berdampingan di antara ribuan permukiman baik yang dihuni warga Yahudi, Kristen maupun Islam.

Indah, eksotis dan damai. Begitu rasa yang bisa diungkapkan saat berdiri di atas Bukit Sion. Kedamaian kian terasa saat lantunan azan Ashar berkumandang saling bersahut-sahutan di Yerusalem. Lima menit kemudian dari masjid yang sama terdengar iqomah melalui pengeras suara.



Tak ada warga Yahudi maupun Kristen yang protes. "Bebas (azan), tak ada larangan bagi umat Islam (azan) lima kali sehari," kata Roley Horowitz, pemandu yang menemani jurnalis Indonesia  dan Thailand selama berada di Yerusalem dan Tel Aviv Israel, Selasa (27/10/2015).

Rombongan jurnalis kemudian menuju kantor Wali Kota Abu Gosh, Israel, Issa Jaber yang beragama Islam.

Issa mengakui bahwa selama ini tak ada masalah bagi umat Islam untuk mengumandangkan azan dari masjid-masjid di Yerusalem. Kehidupan bertetangga juga berjalan cukup baik. "Tetangga saya ada yang Yahudi, Ortodoks, dan Arab," kata Issa yang beragama Islam ini.

Menurut dia, saat ini masyarakat Israel dan Palestina menginginkan suasana damai. "(Kami) ingin perdamaian dan harus terus didorong oleh para pemimpin politik," kata Issa.

Satu jam kami berbincang, azan kembali berkumandang dari sejumlah masjid di Abu Gosh yang letaknya tak jauh dari Yerusalem. Kali ini panggilan untuk menunaikan salat Maghrib.

Sejenak Issa menghentikan perbincangan untuk mendengarkan kumandang azan. Dia kemudian mengajak kami menunaikan salat Maghrib di Masjid Besar Abu Gosh, tak jauh dari kantor Issa.



(erd/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads