Baginya persoalan ekonomi dengan masalah sosial, politik, hukum dan sebagainya tak bisa dipisahkan. Ada 3 fokus yang perlu dibenahi terutama di bidang ekonomi.
Pertama, kualitas dari sumber daya manusia, yang jadi motor penggerak dari setiap ekonomi. Cara mewujudkannya dengan mengimplementasikan kebijakan yang terpadu yang bisa meningkatkan kualitas generasi yang akan datang yang mengganti sebagai penerus generasi tua. Manusia-manusia yang unggul akan menjalani tugas di lembaga-lembaga dengan baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, adalah membangun institusi sebagai penopang kehidupan bangsa di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum dan lain-lain. Manusia-manusia yang unggul akan tercermin dalam institusi yang unggul. Menurutnya bila sumber daya manusia sudah bermutu maka hasil dari aturan main seperti undang-undang juga bermutu, meski melalui proses politik.
"Jadi kalu di politik manusia unggul masuk, kerja, merumuskan aturan main yang pas, kemudian ada yang melaksanakan aturan yang bagus juga birokrasi, itu saya kira akan mencapai tujuan kita," katanya.
Ketiga, pemerintah harus fokus ke bidang infrastruktur. Infrastruktur ini adalah fisik dari pembangunan bangsa, seperti jaringan transportasi yang baik di dalam negeri, energi yang baik sehingga Indonesia tak terombang-ambing dengan harga minyak dan sistem jaringan suplai energi yang andal.
"Juga yang penting adalah infrastruktur pangan, kita aman di bidang pangan, tidak terombang-ombing, ini semua dilaksanakan pemerintah dulu dan sekarang tapi memang belum banyak tercapai. Menyatukan Indonesia itu, jaringan laut yang dilaksanakan Presiden Jokowi ini sudah betul harus kita bangun agar menjadi NKRI dari sisi ekonomi, bukan hanya NKRI dari sisi politik," katanya.
Menurutnya landasan NKRI politik itu adalah NKRI ekonomi yang menyatu. Banyak hal yang perlu dilakukan pemerintah saat ini dan ke depannya agar NKRI politik bisa terwujud dalam NKRI ekonomi.
"Misalnya kita belum menyatukan kesatuan transportasi antar pulau yang baik, membangun sistem energi nasional yang belum baik, kemudian bidang pangan demikian, kita hidup dalam dunia yang penuh risiko, ini harus ada dalam upaya terus memperkuat ketahanan," katanya.
Boediono mengatakan risiko bisa datang dari mana-mana, dari krisis moneter, dari negara lain, penurunan ekspor, impor, penurunan pertumbuhan ekonomi China berpengaruh pada Indonesia. Termasuk fenomena, el lino bisa berpengaruh pada Indonesia, semua risiko itu harus dihadapi.
Boediono juga mengatakan, ukuran ekonomi maju itu patokannya produktivitas. Menurutnya pertumbuhan ekonomi bila hanya bergantung pada konsumsi tidak baik, yang baik adalah sumber dari peningkatan pertumbuhan yang berasal dari investasi, akhirnya bermuara pada produktivitas.
"Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa itu berkesinambungan, tidak tahun ini naik, lalu tahun depan turun. Lalu dua tahun naik, lalu tiga tahun turun, bukan begitu. Harusnya suatu tren yang konsisten, tak boleh terlalu naik, sumbernya dari sisi supply peningkatan produktivitas, dan dari sisi demandnya permintaan ekspor, memang perlu," katanya.
Ia kembali menekankan, kaitan antara sumber daya manusia dan kemajuan ekonomi suatu bangsa.Bila semakin produktif sumber daya manusia sebuah bangsa, maka ekonominya pun akan maju.
"Sisi supply akan meningkatkan sumber daya manusia, memperbaiki institusi kita, birokrasi kita, undang-undang kita, infrastruktur kita, kalau hanya konsumsi suatu tahun akan turun, lalu ekspor turun, kalau ekspor kita tak bisa memprediksi dengan tepat. Kalau konsumsi terlalu melonjak dari sisi supply kita itu salah," katanya.
(hen/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini