Jika menilik beberapa sumber sejarah, memang sangat sedikit yang membahas soal Laksamana Maeda. Yang banyak diketahui orang adalah Laksamana Muda Maeda merupakan perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang ditugaskan di Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda.
Saat berada di Indonesia, Maeda menempati posisi sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Tentara Kekaisaran Jepang. Posisi itu cukup strategis dan dia pun mendapatkan fasilitas sebagai seorang pejabat tinggi kekaisaran Jepang, salah satunya mendapat fasilitas rumah dinas di Jl Imam Bondjol, Jakarta Pusat yang dahulu dikenal sebagai Batavia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maeda bahkan menjamin memberikan pengamanan ekstra agar proses perumusan teks proklamasi berjalan lancar. Hasilnya, 17 Agustus 1945 dinihari teks proklamasi selesai dibuat dan kemudian dibacakan beberapa jam setelahnya.
Rumah itu kini dijadikan museum perumusan naskah Proklamasi. Meskipun rumahnya kini dijadikan museum, namun informasi tentang Maeda sangat minim. Bahkan, foto Laksamana Maeda hanya ada satu dan terpasang di pojok lantai dua museum perumusan naskah proklamasi. Keterangan tentang Maeda pun sangat minim.
![]() |
Dalam museum perumusan naskah proklamasi, hanya ada keterangan bahwa Laksamana Muda Tadashi Maeda lahir di Kagoshima, Jepang pada tahun 1898. Dia kemudian bertugas di Indonesia sejak Jepang berkuasa atas Indonesia.
Informasi lebih soal Maeda justru didapat dari anaknya, Nishimura Maeda yang hari ini, Minggu (16/8/2015) datang ke Indonesia, untuk 'pulang' ke rumah ayahnya. Nishimura sedikit menceritakan soal kelanjutan hidup Maeda usai Indonesia merdeka.
![]() |
Usai Indonesia merdeka, Maeda justru dituduh sebagai penghianat. Dia lalu dijebloskan ke penjara oleh sekutu karena telah membantu kemerdekaan Indonesia.
"Setelah kembali ke Tokyo, ayah saya menghadapi pengadilan Mahkamah Militer. Ayah saya dinyatakan bebas dan memutuskan untuk mundur dari politik dan militer. Setelah itu menjalani hidup sebagai rakyat biasa," kata Nishimura.
Setelah lepas dari Mahkamah Militer Jepang, Maeda hidup sebagai rakyat biasa. Namun, setelah itu, dia ternyata beberapa kali bertemu dengan Soekarno yang saat itu menjabat sebagai Presiden Indonesia.
"Ketika umur 70 tahun, bapak saya sakit dan Soekano datang menjenguk ke Tokyo. Setelah menjadi rakyat biasa, orang tua saya beberapa kali datang ke Jakarta dan bertemu Soekarno," jelas Nishimura yang kini berumur 73 tahun itu.
Laksamana Muda Maeda meninggal pada 13 Desember 1977 di usia 77 tahun di Jepang. Terima kasih Laksamana Maeda!
Halaman 2 dari 2