Seperti tumpukan sampah di bantaran kali Bekasi, Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur. Pemandangan itu dapat terlihat jelas atas jembatan tepatnya di depan pintu air Jalan Kh Noer Ali.
Seperti pada Sabtu (15/8/2015), tumpukan tersebut berada tak jauh dari pemukiman penduduk di Jalan Kartini, Gang Mawar VI, Rt 07/03 Margahayu, Bekasi Timur. Mungkin sudah menjadi kebiasan juga bagi warga, sehingga ada saja satu atau dua penduduk yang datang berjalan kaki dan membuang sampah seenaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya nggak seperti ini, sekitar tahun 2000-an sampahnya itu cuma sedikit tapi lama kelamaan menjadi banyak seperti ini," ujar Fitri (45) warga Rt 07/03, Margahayu.
Fitri menceritakan dahulu kali yang membelah kota Bekasi itu bersih dari sampah. Bahkan aliran air pun masih jernih.
"Kalau musim kemarau itu batu-batunya kelihatan sampai dasar kalau sekarang mah karena sudah yang buang limbah ke kali jadi begini deh," paparnya.
Sisi kiri kanan bantaran pun tak ditumbuhi ilalang yang tinggi seperti ini. Rerumputan khas jepang yang lebut dan berwarna hijau menyejukan pemandangan.
"Saya masih inget banget dulu masih bisa tiduran di bantaran itu dengerin gemercik aliran air dari pintu air kalau dulu enak banget, kalau sekarang bunyi udah nggak gemiricik tapi geruyu-geruyuk," tuturnya sembari tertawa.
Jika membayangkan kondisi yang digambarkan oleh Fitri tentu sangat indah. Terlebih jika di sore hari, kita dapat melihat matahari terbenam.
Sungguh sangat malang warga Bekasi tak dapat menikmati pemandangan seperti itu. Tapi bagaimanapun semua itu kembali kepada masyarakatnya sendiri.
"Nah mulai 10 tahun terakhirlah kondisi makin parah, ya sekarang masih bisa dipakai buat mancing tapi. Nggak seenak dulu," paparnya.
Fitri mengaku kecewa dengan langkah Pemkot yang setengah hati. Ya, setengah hati membersihkan dan menjaga lingkungan, khususnya di Kota Bekasi.
"Pernah dikeruk terus sampahnya cuma dipindah bantararan, lama ke lamaan dibiarin begitu akhirnya longsor lagi," paparnya.
Fitri hanya satu diantara ribuan warga Bekasi yang menuntut fasilitas publik yang nyaman. Jika ia memiliki tenaga lebih, dari lubuk hati terkecil ingin bersihkan sampah-sampah itu.
"Tapi saya sudah tidak semuda dulu lagi. Semoga saja nanti anak cucuk saya bisa menjaga kebersihan lingkungan, semua dimulai dari diri sendiri. Sekarang ini terlalu banyak orang pintar saking pintarnya mereka semua kebelinger," tandasnya.
(edo/dra)