detikcom bersama 2 wartawan media lain dan selebgram Keenan Pearce, Nicholas Saputra dan Ayla Dimitri, berkunjung ke Seoul untuk mengikuti program SEA Korea Tour pada 3-5 Agustus atas undangan raksasa Samsung. Begitu menjejakkan kaki di Bandara Incheon yang megah, tak tampak satu pun orang mengenakan masker. Petugas bandara, penumpang yang baru saja mendarat atau pun yang hendak terbang, tampak berlalu lalang biasa-biasa saja.
"MERS telah berakhir. Saya sehat-sehat saja dan saya tidak takut (beraktivitas)," ujar seorang wanita Korsel di bandara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Orang-orang tanpa masker juga terlihat di sepanjang perjalanan dari bandara ke tempat menginap di Hotel Shilla yang ditempuh 1 jam perjalanan. Masyarakat berangkat bekerja dengan dandanan khas Korea yang stylish minus masker.
Di Hotel Shilla, hotel bintang 5 milik Samsung yang terletak di kawasan bisnis Seoul, suasananya juga setali tiga uang. Hotel tampak dipenuhi tamu-tamu asing, banyak di antaranya yang merupakan keluarga dengan anak-anak balita mereka. Tak satu pun yang mengenakan masker.
Di hotel ini, tidak tampak sensor pendeteksi logam seperti yang terpasang di hotel-hotel di Indonesia. Yang terlihat menonjol adalah alat pendeteksi suhu tubuh, sebagaimana yang tampak di bandara. Dua petugas hotel bersetelan jas hitam duduk di samping kiri kanan pintu akses utama, mereka memantau layar komputer yang menampilkan citra temperatur tubuh tamu hotel yang hilir mudik.
Lepas dari hotel, perjalanan dilanjutkan dengan makan siang menu set di restoran Bistro Seoul. Perjalanan dari hotel melewati Cheongdam-dom Fashion Street, sebuah jalan panjang yang terkenal dengan toko-toko fashion kelas atas. Jalan ini sering dikunjungi para selebriti sehingga menjadi daya tarik wisatawan. Tak hanya itu, penampakan di sini pun serba normal. Toko-toko beroperasi dengan para pengunjung yang berbaur, siap merogoh kocek mereka.
Setelah makan siang yang juga menyajikan hidangan halal bagi kaum Muslim, perjalanan dilanjutkan ke Samsung Innovation Museum (SIM) yang terletak di kompleks kantor pusat Samsung di Suwon. Kompleks kantor pusat ini seperti kawasan kota mandiri tersendiriΒ yang canggih dan terus membangun.
Perjalanan lantas berlanjut ke Garosu-gil, yang merupakan surga belanja fashion merek internasional maupun merek lokal plus kafe-kafe.Β Di kiri kanan jalan ini terdapat barisan pohon. Kawasan trendi ini merupakan incaran para turis karena sering menjadi tempat syuting idola K-Pop.Β Siapa tahu beruntung berjumpa dengan mereka, bukan?
![]() |
Destinasi selanjutnya adalah makan malam di sebuah restoran di Itaewon, distrik yangΒ disebut kampung global atau kampung turis. Di sini ditemukan sejumlah tempat ibadah berbagai agama, termasuk sebuah masjid yang juga tercatat sebagai masjid terbesar di Korsel. Kehidupan tampak normal di sini, lagi-lagi tanpa orang bermasker.
Setelah perut terisi, perjalanan mengarah ke Dongdaemun Market, sebuah landmark terkenal di Seoul. Ini merupakan pusat grosir dan eceran aneka produk terbesar di Korsel, shopping mall-nya saja ada 26 buah! Bagi penggila belanja, ini tentu merupakan tempat favorit. Tapi bagi yang tidak ingin belanja, bisa duduk-duduk di koridor luas di pinggir jalan. Ini merupakan area publik terbuka tempat orang melepas lelah, menikmati hawa bebas atau berfoto ria dengan boneka raksasa karakter Line seperti Cony dan Brown.
Esok harinya, perjalanan dilanjutkan ke tiga museum dan pertunjukan Nanta Cooking Show yang mengocok perut. Semua tempat itu ramai turis lokal dan asing, yang berbaju santai ala musim panas, minus masker.
Dari semua perjalanan itu menampakkan Korsel telah bangkit dari sandera MERS yang sempat membuat pariwisata mereka merosot 40%. Sekarang, turis-turis Asia Tenggara, China daratan, Hong Kong, dll kembali berdatangan. Korsel telah pulih seperti seperti sedia kala, tanpa sisa-sisa orang bermasker.
Langkah Cepat Pemerintah
Wabah MERS di Korsel berawal pada 20 Mei lalu, ketika seorang pengusaha yang baru pulang dari Timur Tengah dinyatakan positif terinfeksi. Penyebaran MERS di Korsel terjadi antar rumah sakit, dengan banyaknya korban merupakan pasien rumah sakit setempat yang sebelumnya telah menderita penyakit lainnya. Wabah MERS di Korsel menjadi yang terbesar di luar Arab Saudi, menyebabkan 36 orang meninggal, menginfeksi 186 orang dan menempatkan hampir 17 ribu orang dikarantina.
Reuters melaporkan, MERS menjadi pukulan besar bagi perekonomian Korsel, menjadikan pertumbuhan ekonomi dalam kuartal kedua tahun ini melambat dalam enam tahun terakhir. Korsel juga menutup ribuan sekolah, tingkat konsumsi menurun, dan wisatawan asing takut mengunjungi negara ginseng ini.
Dukungan publik kepada Presiden Park pun merosot ke titik terendah dalam lima tahun akibat MERS. Sementara, penjualan masker penutup hidung dan mulut melonjak lebih 700 persen!
![]() |
Pada Selasa 28 Juli 2015, otoritas Korsel menyatakan bebas dari bahaya MERS, selang dua bulan setelah virus ini menyebar. Satu hal yang perlu disimak adalah langkahΒ cepat Korsel untuk bangkit dari sindrom pernafasan Timur Tengah itu. Mereka menerapkan berbagai terobosan untuk bangkit kembali.
CNNIndonesia.com melansir, pemerintah Korsel menyuntikkan dana stimulus sebesar 22 triliun won untuk membantu usaha yang anjlok. Sebab penyebaran penyakit ini sempat membuat bisnis-bisnis lokal seperti pusat perbelanjaan, restoran dan bioskop mengalami penurunan pemasukan karena warga takut berada di tengah keramaian.
Bisnis pariwisata paling menderita akibat wabah ini. Jumlah wisatawan asing turun 40 persen di bulan Juni dibanding periode yang sama tahun lalu, dan 60 persen pada dua pekan pertama Juli.
Seoul menggelontorkan dana 30 miliar won untuk kampanye pariwisata demi memancing kembali para turis. Termasuk dalam kampanye ini adalah tur promosi gratis dan konser penyanyi K-pop papan atas.
Tak cuma itu, pada 1 Juli Korsel mengumumkan membebaskan biaya visa bagi para pengunjung dari China dan Asia Tenggara sebesar US$15 atau setara dengan Rp 200 ribu. Pembebasan biaya tersebut akan berlaku dari tanggal 6 Juli sampai 30 September bagi para pengunjung yang datang bersama rombongan. Mereka termasuk turis dari China, Kamboja, Indonesia, Filipina dan Vietnam.
Menyokong program pemerintah untuk menggenjot ekonomi pasca MERS, Samsung menggelar SEA Korea Tour. Samsung mengundang 3 media dan 3 influencer media sosial dari masing-masing negara di Asia Tenggara untuk melihat langsung Seoul. Rombongan diajak menyambangi sejumlah destinasi seni dan fashion serta membuktikan langsung bahwa Korsel telah berdenyut normal. Pemandangan orang-orang bermasker itu telah menjadi kenangan.
Halaman 2 dari 2