"Jangan disimpan juga dalam waktu lama. Bahan bakar kan beda dengan oli atau minyak rem. Jika BBM kalengan itu disimpan dalam suhu panas," kata Anggota Komisi VII DPR Joko Purwanto, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (12/7/2015).
Joko khawatir para pemudik lupa sehingga menaruh BBM kemasan ini ke dalam bagasi kendaraan. Sementara, waktu tempuh perjalanan mudik cukup lama karena macet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan jadi bahan bakar cadangan. Kalau BBM disimpan di bagasi, terus macet panjang kena suhu panas, saya takutnya kena ledakan. Adanya BBM kemasan ini kan buat praktis yang susah cari pas kemacetan,” sebut Joko.
Lanjutnya, Joko meminta PT Pertamina terus berupaya sosialisasi dalam penggunaan produk BBM kemasan ini. Pentingnya sosialisasi ini agar masyarakat bisa cermat menggunakannya.
“Saya yakin Pertamina menghitung keamanan dan kekuatan kemasan BBM tersebut. Tapi, kita kan tidak harus bergerak setelah adanya insiden (ledakan). Ini harus terus disosialisasikan agar masyarakat mampu menggunakannya secara bijak,” tutur politisi PPP ini.
Adapun Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina, Ahmad Bambang mengatakan BBM kemasan kaleng dijual untuk kepraktisan mengatasi kemacetan. Ia pun meminta produk bahan bakar khusus (BBK) dalam kalengan ini tak dibawa dalam perjalanan jauh atau disimpan dalam waktu lama.
“BBM itu kami sediakan di tol yang rest areanya tidak memiliki SPBU, serta tol yang jarak SPBUnya jauh seperti Tol Cikopo-Palimanan (Cipali). Di jalur Pantura juga disediakan, karena kami khawatir para pemudik yang kena macet kehabisan bahan bakar di perjalanan,” tutur Bambang saat dikonfirmasi.
BBM kemasan kaleng yang disediakan PT Pertamina berjenis bahan bakar khusus (BBK) yakni Pertamax, Pertamax plus dan Pertamina Dex. BBM kalengan ini berada di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan juga non-SPBU yang ada di jalur mudik terutama akses Pulau Jawa. (hty/rvk)