Tanya Jawab Soal Alquran dan Hikmahnya (1)

Ramadan 2015

Tanya Jawab Soal Alquran dan Hikmahnya (1)

Salmah Muslimah - detikNews
Kamis, 09 Jul 2015 11:59 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Pertanyaan seputar Alquran dan hikmahnya kerap dilontarkan sejumlah pembaca forum question and answer detikRamadan setiap tahunnya. Berikut sejumlah pertanyaan dan jawaban yang sudah dirangkum di halaman khusus yang mengulas hal tanya jawab seputar Alquran dan hikmahnya.

1. Bagaimana cara mencintai Alquran?

Kita bisa mencintai Alquran kalau kita mengenal Alquran seperti peran Alquran bagi seorang Muslim, memahami isinya, dan lain-lain. Ada pepatah: tak kenal maka tak sayang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(Faizah Ali Sibromailisi, Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)


2. Mengapa ayat Alquran sering sama dan berulang?

Alquran bukanlah sebuah kitab ilmiah seperti kitab-kitab lainnya yang dikenal para ilmuwan. Ia adalah kitab dakwah yang turun berinteraksi dengan masyarakat. Karena itu, pengulangan perintah dan larangannya atau kisah-kisahnya menjadi sangat wajar.

Bukankah Anda dapat saja mengulang perintah atau kisah yang sama kepada seseorang tertentu, bila Anda mengetahui bahwa dia belum melaksanakannya secara sempurna atau menangkap pesan Anda? Ini kalau memang benar dugaan Anda bahwa ada pengulangan kisah di dalam Alquran.

Namun, kenyataannya tidak demikian. Misalnya, kisah Musa banyak sekali ditemukan dalam berbagai surat Alquran. Jika Anda mengamati redaksinya, Anda pasti menemukannya berbeda. Dan informasi yang diberikannya pun tidak sepenuhnya sama, terlebih lagi pesan-pesan yang tersirat di dalamnya.

Sebab, dalam berbagai kisahnya, Alquran ingin menekankan pesan-pesan tertentu. Tidak jarang sebuah kisah mengandung sekian banyak pesan, tetapi tidak dapat ditampung dalam satu redaksi saja. Demikianlah di antara hikmah 'pengulangan' kisah-kisah dalam Alquran. Demikian, wallahu a'lam.

(M Quraish Shihab, Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)



3. Bagaimana cara merasakan nikmatnya mukjizat Alquran?

Untuk bisa merasakan kemukjizatan Alquran dapat melalui beberapa pendekatan. Mukjizat yang berkenaan dengan redaksi dapat kita pahami melalui pendekatan sastra Arab, analisis terhadap bilangan atau angka. Sedangkan kemukjizatan yang terkait dengan isi, dapat dipahami melalui pendekatan hukum, sains dan teknologi, hal-hal yang gaib, baik gaib pada masa lalu maupun akan datang, seperti janji dan ancaman Tuhan, maupun pendekatan ilmu-ilmu lain. Di sini diperlukan kesiapan orang yang ingin menangkap mukjizat itu. Sebab kalau tidak ada kesiapan/kesediaan untuk menerima, seberapa banyak mukjizat pun tidak akan ia rasakan.

(Ahsin Sakha Muhammad, Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)

Foto: Ilustrasi Alquran


4. Bagaimana hukum membaca Alquran tanpa wudu?

Ada pendapat pertama yang dianut oleh Dawud bin Ali. Menurutnya, boleh memegang Mushaf Alquran, walaupun dalam keadaan tidak berwudu, atau sedang dalam keadaan haid dan nifas, baik Muslim, Yahudi maupun Nasrani.

Pendapat kedua β€”menurut satu riwayatβ€” dianut oleh Imam Abu Hanifah. Pendapat ini membolehkan seorang Muslim yang tidak berwudu untuk memegang Alquran. Pendapat ketiga dianut oleh mayoritas ulama, antara lain Imam Malik dan Syafi'i. Alasan mereka bukan hanya penafsiran ayat di atas, melainkan juga beberapa hadis Nabi SAW.

Di antara ulama penganut pendapat ketiga ini, ada yang membolehkan memegang Alquran tanpa berwudu, selama tidak dipegang secara langsung, misalnya dengan alas atau terbungkus. Mereka juga membenarkan wanita yang sedang haid membaca wirid atau doa yang berupa ayat-ayat Alquran. Oleh karena itu, ketika itu, dia dinilai membaca doa atau wirid, bukan membaca Alquran.

(M Quraish Shihab, Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)



5. Kenapa Alquran tidak disusun sesuai dengan urutan turunnya surah, seperti surah pertama al-Alaq?


Sistematika penyusunan Alquran ditetapkan langsung oleh Allah, bukan berdasar waktu turunnya. Penyusunan urut-urutan ayat dan surat-suratnya sedemikian rupa, sehingga β€”walaupun berbeda-beda waktu turunnyaβ€” masing-masing memiliki hubungan keterkaitan yang sangat erat, bagaikan rantai yang sulit ditetapkan mana ujung dan mana pula pangkalnya. Demikian penjelasan singkat, wallahu a'lam.

(M Quraish Shihab. Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)

Foto: Ilustrasi Alquran



6. Bagaimana sebaiknya sikap kita saat ada orang membaca Alquran? Lalu apa yang kita lakukan ketika sedang menyimak orang yang membaca Alquran tapi banyak ayat yang dibaca tidak sesuai ilmu tajwid?

Sebaiknya kita diam (tidak berisik) dan mendengarkan dengan baik. Dalam Alquran surah al-A'raf (7): 204 Allah berfirman: "Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat."

Kalau memang kita tahu bacaannya salah atau keliru, kita harus mengingatkan. Tentu dengan cara yang santun, tidak menggurui, apalagi sampai menimbulkan ketersinggungan.

(Yunan Yusuf, Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)



7. Apa bedanya ayat di Alquran 'ya ayyuhannasu atau ya ayyuhalazina amanu' atau 'ya ayyuhannabiy'. Apakah ayat yang menggunakan redaksi 'ya ayyuhan nabiy' itu khusus hanya untuk Nabi, sehingga kita tidak wajib mengamalkannya?

"Ya ayyuhannas" ditujukan untuk semua manusia, termasuk orang-orang yang beriman. "Ya ayyuhalladzina amanu" ditujukan hanya kepada orang-orang yang telah beriman, tidak untuk semua manusia. Sedangkan "ya ahhuhannabiy" untuk manusia juga kecuali bila ditegaskan khusus hanya untuk Nabi.

Hikmah seruan "ya ayyuhannas" untuk mempermaklumkan Islam kepada umat manusia, "ya ayyuhalladzina amanu" untuk memberitahu bahwa kewajiban hanya untuk orang yang beriman agar keimanan mereka meningkat, dan "ya ayyuhannabiy" agar umat Islam tidak dikenai beban berat seperti Nabi. Demikian, wallahu a'lam.

(Salman Harun, Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)


8. Apa hukumnya menyimpan Alquran di handphone?

Baik-baik saja Anda menyimpan ayat-ayat Alquran dan terjemahannya di dalam handphone untuk memudahkan Anda membacanya di mana dan kapan saja. Namun tetap perlu kehati-hatian agar jangan sampai terbawa masuk ke kamar kecil, karena akan mengurangi penghormatan kita terhadap Kitab Suci itu. Wallahu a'lam.

(Muhammad Arifin, Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)


9. Bisakan membaca Alquran saat haid?

Menurut Dawud bin Ali, boleh memegang Mushaf Alquran, walaupun dalam keadaan tidak berwudu, atau sedang dalam keadaan haid dan nifas, baik Muslim, Yahudi maupun Nasrani. Pendapat keduaβ€”menurut satu riwayatβ€”dianut oleh Imam Abu Hanifah. Pendapat ini membolehkan seorang Muslim yang tidak berwudu untuk memegang Alquran.

Pendapat ketiga dianut oleh mayoritas ulama, antara lain Imam Malik dan Syafi'i. Alasan mereka bukan hanya penafsiran ayat di atas, melainkan juga beberapa hadis Nabi SAW. Di antara ulama penganut pendapat ketiga ini, ada yang membolehkan memegang Alquran tanpa berwudu, selama tidak dipegang secara langsung, misalnya dengan alas atau terbungkus.

Mereka juga membenarkan wanita yang sedang haid membaca wirid atau doa yang berupa ayat-ayat Alquran. Oleh karena itu, ketika itu, dia dinilai membaca doa atau wirid, bukan membaca Alquran. Atas dasar ini, pula kita dapat berkata bahwa seseorang yang membaca Alquran atau menulis ayat-ayat dalam rangka ujian juga dapat dibenarkan.

Rasulullah SAW pernah menulis surat kepada Kaisar, yang berisi ayat-ayat Alquran. Tentu surat tersebut dibaca atau dipegang oleh Kaisar atau 'sekretarisnya' yang bukan Muslim. Ini salah satu bukti bahwa dalam hal-hal tertentu, boleh saja membaca atau memegang Alquran, walaupun tidak dalam keadaan suci atau bersuci.

Memang semua pendapat yang dikemukakan di atas tujuannya adalah memberi penghormatan terhadap kitab suci Alquran, sehingga selama penghormatan telah terpenuhi, maka syarat utama telah terpenuhi pula. Wallahu a'lam.

(M Quraish Shihab, Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)

caption-here..


10. Bagaimana hukum membaca Alquran tanpa mengerti maksudnya?


Alquran adalah kitab suci yang apabila kita membacanya maka bacaan kita itu mengandung nilai ibadah, meskipun kita tidak memahami artinya. Satu huruf Alquran yang kita baca mendapat pahala 10 kali lipat. Tentu nilainya akan bertambah kalau kita berusaha memahami maknanya (tadabbur).

(Muhammad Arifin, Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)


11. Bolehkah kita membaca Alquran digital di komputer atau di HP?

Boleh. Namun demikian, untuk penghormatan terhadap Kitab Suci, akan lebih baik kalau kita dalam keadaan suci dari hadas. Demikian, wallahu a'lam.

(Ahsin Sakha M, Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)

caption-here..


12. Membaca Alquran dalam posisi tidak menghadap kiblat dan tidak sambil duduk dan bersuci?

Dalam surat al-Waqi'ah ayat 77–80 terdapat ayat (yang artinya): "Sesungguhnya ia benar-benar adalah bacaan sempurna yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara. Tidak ada yang menyentuhnya kecuali hamba-hamba Allah yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam."

Sebagian ulama memahami ayat tersebut sebagai larangan menyentuh mushaf Alquran kecuali dalam keadaan suci, baik dari hadas besar maupun hadas kecil. Sebagian ulama lainnya memahami yang disebut dengan Alquran dalam ayat tersebut adalah Alquran yang terpelihara di Lauh Mahfudz dan yang dimaksud dengan hamba-hamba Allah yang disucikan adalah para malaikat.

Memang terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai hal ini. Bagaimanapun sangat dianjurkan kita membacanya dalam keadaan suci. Imam Malik mewajibkannya bukan berdasarkan ayat tersebut di atas, tetapi berdasarkan hadis, antara lain isi surat yang dikirim oleh Nabi Muhammad SAW kepada para penguasa Dqy Ra'in, Qa'afir dan Hamadzan melalui 'Amr Ibn Hazm bahwa: "Janganlah Alquran dipegang kecuali oleh yang suci."

Dalam konteks larangan Nabi di atas, ulama berbeda pendapat. Mayoritas berpendapat bahwa memegang Alquran haruslah dalam keadaan suci, yakni berwudu.

Mengenai posisi membaca, tak ada anjuran untuk membaca Alquran menghadap ke kiblat. Demi menghormati bacaan utama ini, maka sebaiknya kita membacanya dalam keadaan tenang dan dalam posisi yang memungkinkan kita dapat lebih menghayati maknanya.

(A Wahib Mu'thi, Dewan Pakar Pusat Studi Alquran)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads