Peluncuran dilakukan oleh Kuasa Usaha Ad-interim (KUAI) Ibnu Wahyutomo, disaksikan para pejabat Kemlu Belanda dan masyarakat kedua negara di Tolhuistuin, Amsterdam, Kamis (25/6/2015) waktu setempat,
"Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan. Paling penting adalah perubahan pola pikir, seperti kata Presiden Joko Widodo yang menyadarkan perlunya merubah pola pikir dengan suatu revolusi mental untuk menciptakan bangsa yang mandiri," ujar KUAI dalam sambutannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peluncuran Rumah Indonesia berbarengan dengan acara diskusi bertajuk "Indonesia Now".
"Ini suatu forum untuk menggambarkan kondisi Indonesia terkini dalam rangka mengidentifikasi peluang-peluang kerjasama antara Indonesia-Belanda, terutama dalam bidang kebudayaan," demikian KUAI.
Ikut menyambut peluncuran Rumah Budaya Indonesia antara lan Direktur Dutch Culture Cees de Graaff dan Direktur Asia and Oceania Kementerian Luar Negeri Belanda P.C. Potman.
Selain di Belanda, Rumah Budaya Indonesia juga akan didirikan di Australia, Perancis, Jerman, Jepang, Myanmar, Singapura, Timor Leste, Turki dan Amerika Serikat
Bahasa Indonesia dan Belanda
Serangkai dengan peluncuran juga diumumkan pemenang lomba pidato dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda untuk peserta generasi muda kedua bangsa.
Lomba pidato ini dibagi dalam dua kategori dengan ketentuan silang: peserta Belanda berpidato dalam Bahasa Indonesia dan sebaliknya peserta Indonesia berpidato dalam Bahasa Belanda.
Pidato dalam Bahasa Indonesia dimenangkan oleh Maik Oudenaarden, sedangkan pidato dalam Bahasa Belanda dimenangkan oleh Fitria Jelyta.
Sebagai penghargaan kepada juara dari Belanda akan diundang untuk ikut mengikuti uacara HUT RI ke-70 di Istana Negara, Jakarta, pada 17 Agustus 2015 mendatang.
Maik Oudenaarden dalam Bahasa Indonesia yang lancar menyampaikan kegembiraannya atas keberhasilan meraih juara lomba pidato ini.
Maik yang sempat enam bulan belajar di salah satu universitas di Jakarta mengatakan bahwa dirinya memang berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memenangkan perlombaan ini.
Menurut Maik, dia mempersiapkan materi pidato dan berlatih bersama temannya yang orang asli Indonesia. "Meskipun saya tidak ada darah Indonesia, namun saya sangat tertarik dengan negeri yang toleran ini," pungkas Maik. (es/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini