"Bapak mengajarkan saya sejak kecil bahwa salah dan benar itu pilihan. Yang salah memang lebih menggiurkan karena lebih menguntungkan. Sudah ditanamkan sejak saya sangat kecil," ujar Tsaqif.
Hal ini disampaikan Tsaqif kepada detikcom saat ditemui di rumahnya di Sleman, Rabu (17/6/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beliau pasti nggak nyadar sebenarnya sedang ditiru," kata Tsaqif.
Salah satu momen yang membekas di ingatannya adalah saat dia masih duduk di kelas 1 SMP bersama ayah dan kakaknya sedang memesan makanan di sebuah restoran fastfood. Namun saat pesanannya datang, paket makannya sangat berbeda dengan yang terlihat di gambar menu yang terpajang.
"Saat itu memang perbedaannya parah. Bapak saya bilang ke pegawainya, kok nggak sama dengan yang di gambar? Masnya hanya senyum. Tapi bapak saya nggak ikut senyum, saya tahu bapak saya sudah agak marah," tuturnya.
"Bapak lalu bilang, ini kebohongan publik. Mas pegawainya langsung berhenti tersenyum. Setelah itu bapak nggak membahas lagi masalah itu dengan kami," imbuh Tsaqif.
Tsaqif merasa pegawai restoran itu menyadari jika memang ada yang tak seharusnya di sana. Sehingga setelah tak beberapa lama kemudian, pegawai itu mendatangi ayah Tsaqif untuk memberikan satu paket makanan lagi secara gratis sambil meminta maaf.
Momen lainnya adalah saat dia dan sekeluarganya bepergian, dia dan kakaknya sudah berada di dalam mobil sedangkan bapak dan ibunya masih berjalan menuju mobil. Sang ibu tampak menjatuhkan botol minuman kosong, dan botol itu langsung dipungut oleh Bapak Tsaqif.
"Di dalam mobil bapak bilang ke ibu, 'Ma, jangan buang sampah sembarangan. Aku nggak mau anak-anakku buang sampahnya sembarangan'," kata Tsaqif.
Hal-hal itulah yang membuat Tsaqif sadar bahwa hal benar memang harus berani dilakukan dan disampaikan.
"Saya yakin setiap orang tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tapi memang kembali ke pilihan masing-masing," ujarnya.
(sip/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini