Pyramide de Louvre, begitu nama aslinya, sebenarnya adalah gerbang utama untuk menuju Louvre Museum, yang merupakan museum terbesar di dunia. Lukisan Monalisa yang sangat legendaris itu, ada di dalamnya.
Selesai dibangun pada 1989, Piramida Louvre selalu menarik perhatian para pelancong di Paris. Bentuknya yang nyentrik, menjulang setinggi 21,6 meter dan bersisikan kaca menjadi daya tarik tersendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu kunjung ke museum telah habis, namun itu tak menyurutkan mereka untuk datang ke piramida kata itu."Banyak sekali yang datang ke sini untuk ke piramida saja," kata Karim, penjual souvenir asal Senegal yang berjualan di kompleks Louvre.
Piramida Kontroversi
Meski begitu memikat perhatian, kisah seputar piramida kaca ini tak mulus dari awal. Begitu pertama kali dibangun oleh arsitek IM Pei, piramida ini menuai kritikan dari berbagai kalangan arsitek, seniman ataupun sejarawan. Penyebabnya, bentuk piramida kaca itu dianggap terlalu futuristik, tak cocok dengan museum Louvre yang kuno.
Tak hanya itu saja, cemohan terhadap piramida ini juga sampai mengarah tudingan chauvinistik. Bentuk piramida yang tak pernah ada di Paris, disebut sebagai bentuk ke-Mesir-mesiran. Sampai ada juga yang menyebut komplek Louvre sebagai kompleks Firaun.
Kemegahan Piramida Louvre bahkan sampai diangkat dalam novel best seller karya Dan Brown: Da Vinci Code. Piramida kaca ini, dalam cerita tersebut, menjadi titik akhir pencarian panjang yang dilakukan sejarawan Robert Langdon. Di bawah piramida ini disebut terdapat makam Maria Magdalena (faj/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini