Ferry menjabat Waketum Bidang Penggalangan Massa di partai berlambang burung garuda tersebut. Prabowo Subianto yang menjabat ketum dan ketua dewan pembina memberi kepercayaan kepada Ferry untuk masuk di jajaran pengurus harian.
"Ya saya ikut perintah saja. Saya masuk ke Partai Gerindra memulainya menjadi anggota biasa. Kemudian setahun yang lalu saya diberi kepercayaan menjadi Ketua Gerindra di Provinsi Jawa Barat, beberapa bulan sebelum Pemilu Legislatif 2014. Tugas saya pada saat itu melakukan pembenahan partai sampai ke tingkat desa," ujar Ferry saat berbincang dengan detikcom seperti ditulis, Kamis (16/4/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Latar belakang Ferry yang seorang aktivis tidak membuatnya kesulitan ketika harus masuk ke sebuah partai politik. Dia sudah bisa menyesuaikan dengan cepat dengan kultur partai.
"Memang harus cepat menyesuaikan diri dengan kultur partai, tetapi prinsip-prinsip berorganisasi sebenarnya sama dimanapun. Pertama didukung oleh tim yang kuat dan manajemen pengelolaan yang harus efektif. Beruntungnya saya sudah biasa turun ke masyarakat sehingga kebiasaan ini saya juga lakukan ke struktur partai sampai ke tingkat desa-desa. Ya saya menjalani tanggung jawab ini dengan rileks dan terbuka, dan ini juga berpengaruh terhadap dukungan dari struktur partai, sayap partai serta dari kader simpatisan partai di Jawa Barat," tutur mantan politisi Demokrat ini.
Mengenai perannya di partai, Ferry mengatakan sebagai waketum penggalangan massa dirinya akan mengkonsolidasikan dukungan dari berbagai sektor kehidupan maupun tokoh masyarakat yang ada. Dia berharap bisa memberikan kontribusi untuk kemenangan partai di Pemilu 2019.
"Mudah-mudahan bidang ini bisa memberikan kontribusi pada kemenangan partai serta khususnya bermanfaat bagi negara dan rakyat Indonesia," harapnya.
Mengenai perkembangan situasi politik saat ini, Ferry mengutip pidato Prabowo Subianto dimana ada ancaman terhadap ideologi bangsa dan kepentingan nasional. Selain itu ada ancaman terhadap demokrasi di Indonesia.
"Saat ini lebih banyak diskursus atau wacana publik turun pangkat hanya menjadi soal kasus perkasus dan kurang langsung berpengaruh terhadap rakyat. Kesadaran politik elit dan masyarakat menjadi kesadaran artifisial. Kesadaran rakyat harus dibangunkan kembali untuk sadar kepada persoalan yang sebenarnya terjadi," paparnya.
Lebih jauh Ferry mencontohkan tingkat kemiskinan di Indonesia yang tinggi dan kesenjangan sosial ekonomi yang makin lebar. Selain itu isu penting seperti reformasi di bidang agraria untuk mengatasi ketimpangan penguasaan lahan dan kepemilikan, kebijakan industri, perdagangan dan perburuhan semakin tidak jelas dan semakin condong kepada mekanisme pasar yang sangat bebas.
"Dan hal ini tidak sesuai dengan Pancasila. Ditambah lagi dengan politik pencitraan yang sudah semakin jauh dari kenyataan dan rekam jejaknya. Kesadaran rakyat harus diisi dengan hal-hal yang lebih substantif dan ideologis," kata Ferry.
(zal/mpr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini