Luhut menjelaskan, beberapa orang deputi itu ada yang direkomendasikan oleh Presiden Joko Widodo, salah satunya adalah Deputi II Bidang Pengelolaan Program Prioritas, Yanuar Nugroho. Namun hal itu harus diseleksinya sendiri.
"Saya kenal Pak Yanuar ini dari Presiden. Jadi Presiden titip, bukan titip tapi bilang ke saya, 'Pak Luhut itu di sana ada yang hebat banget, namanya Yanuar'. Saya juga antara ingat dan tidak. Saya cari curriculum vitae-nya, loh ini hebat banget. Saya lihat beliau sekolah dapat schoolarship dan beliau orang Indonesia pertama dapat penghargaan di Inggris dalam bidang inovasi seperti ini," jelas Luhut usai pelantikan di Gedung III Sekretariat Negara, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (2/4/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia minta mundur dari Manchester University dan itu ditolak karena dianggap dia sangat dibutuhkan di sana. Sehingga tiga minggu lalu dia masih meluluskan dua PhD di Manchester University," kata Luhut.
"Jadi kalau mau dapat PhD minta sponsorship saja dari dia. Dan setelah saya bertemu, saya lihat wah, paten juga ini orang," tambahnya.
Selanjutnya adalah Deputi I Bidang Monitoring dan Evaluasi, Darmawan Prasodjo. Luhut memilih pria ini selain memiliki latar yang apik, namun juga tak lepas dari pengaruh orang tuanya.
"Memang ada KKN sedikit karena dulu ayahnya adalah instruktur saya di akademi militer. Pas saya ketemu dia, wah ini orang boleh juga. Saya lihat CV-nya paten juga," kata Luhut.
Berikutnya, Luhut memilih Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategi. Purbaya merupakan rekomendasi dari temannya. Selain itu, Purbaya merupakan salah seorang tim penasihat Jokowi saat kampanye Pilpres 2014 lalu.
"Pak Purbaya, Doktor. Saya tahu dari teman saya. Katanya orang hebat. Saya pingin tahu juga hebatnya seperti apa. Tapi pas saya ketemu dan diberi brief data-data kepada saya, itu sangat akurat. Dan kemudian saya tes lagi saat pertemuan saya dengan World Bank dan IMF, saya suka bawa dia. Dan selama kampanye Pak Jokowi, dia yang membrief Pak Jokowi dan Pak Jokowi sangat puas dengan Pak Purbaya," jelas Jokowi.
"Sehingga pada saat penyusunan ini saya serahkan kepada beliau (Presiden Jokowi), dan termasuk nama Pak Andogo dan Pak Eko, dan beliau (Presiden Jokowi) bilang 'Saya setuju Pak Luhut'. Jadi mekanisme pengambilan keputusannya, saya lakukan seperti saat saya di militer. Saya lihat dulu semuanya walaupun Pak Presiden setuju, tapi kalau tidak pas saya akan lapor ke beliau. Tapi kebetulan apa yang dipikirkan beliau apa yang kami butuhkan itu cocok dan kita jalan," tambah Luhut.
(jor/fjp)