Salah satunya, Djunaedi seorang tukang parkir di wilayah Asemka yang mengatakan sistem parkir elektronik itu tidaklah kondusif. Pasalnya, lahan di sentra perbelanjaan itu lahanya sedikit.
"Kawasan di sini pasar, pertokoan, jadi mesin dipasang alat elektronik di mana? Lahannya saja tidak ada. Jadi kurang kondusif," jelas Djunaedi di lokasi, Kamis (26/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Soal setoran saya nggak tahulah. Yang penting bisa buat makan," terangnya.
Sedangkan Wuri, pengunjung Pasar Asemka yang suka parkir di pinggir jalan mengatakan memilih parkir di jalan agar tidak ribet untuk mengeluarkan motornya. Mengenai rencana penerapan parkir elektronik, Wuri sangat setuju.
"Kalau lebih aman, bagusnya sih pakai parkir meter. Tapi ini kan kawasan pasar, apa lahannya ada?" tuturnya.
Di lain pihak, UPT Perparkiran Dishub DKI Jakarta Sunardi Sinaga mengutarakan tidak akan gentar dengan penolakan pihak-pihak yang memiliki kepentingan pribadi. Menurutnya, alat elektronik akan tetap dipasang agar uang parkir masuk kantong Pemprov DKI.
"Saya tidak mau tahu, ini harus tetap jalan. Saya mau memberantas tindakan orang membocorkan, mengambil uang parkir tidak sah. Nantinya dengan sistem ini semua orang bisa mengaudit pemasukan parkir," ujar Sunardi.
Sunardi mengutarakan, dirinya menargetkan proses lelang alat parkir elektronik sebanyak 400 buah akan selesai tahun ini.
"Kita mau menertibkan dan merubah kultur masyarakat. Kalau di luar negeri pada patuh kenapa di Tanah Air tidak patuh. Perlu perjuangan untuk mulai dan saya semangat karena gubernur gigih dan komitmen merubah Jakarta," tutupnya.
(spt/nwk)