Andong menjadi ikon pariwisata Yogyakarta yang paling banyak dicari wisatawan saat berkunjung. Dari puluhan kusir andong yang ada di Kota Gudeg ini, kebanyakan dari mereka berasal dari sebuah Desa di sebelah timur Yogyakarta.
Tepatnya di Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di desa ini setidaknya terdapat sekitar 30 kusir andong.
"Yang paling banyak ada di Dusun Nglaren, Kampung Kenalan," ujar Kepala Desa Potorono Dalhar saat ditemui di kantornya, Selasa (24/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang Kepala staf Kelurahan Potorono bagian Pembangunan, βToriq menceritakan sejak puluhan tahun lalu penduduk desa ini memang berprofesi sebagai kusir andong.
"Dulu sebelum andong, jadi kusir gerobak sapi. Tapi sekarang gerobak sapi sudah tidak ada lagi," kata Toriq.
Dalhar menambahkan, pihak kelurahan selama ini belum pernah memiliki kegiatan yang khusus untuk kusir andong. Dia menjelaskan, para kusir andong sudah bergabung dengan beberapa paguyuban.
"Semua paguyuban itu dipayungi sama Gusti Yudho (adik Sri Sultan HB X)," ujarnya.
Saat ditanyai soal peristiwa ambruknya kuda yang kelelahan di titik Nol Yogyakarta dua hari yang lalu, Dalhar menilai ada dua kemungkinan. Dua hal yang mungkin terjadi adalah faktor kurangnya pengetahuan kusir atau faktor ekonomi.
"Kami belum ada program (khusus untuk kusir andong), apakah itu penyuluhan atau pembinaan karena belum ada instruksi," kata Dalhar.
Dari kelurahan Potorono, detikcom berkesempatan mengunjungi Dusun Nglaren, dimana paling banyak kusir andong tinggal di sini.
Begitu memasuki sebuah gapura, tampak sebuah kampung sederhana. Di sepanjang jalan utama dusun ini, tak sulit menemui rumah yang memiliki kandang kuda atau kereta andong yang terparkir di depan rumah.
Namun, siang ini kampung ini tampak sepi. Wajar saja, para kusir banyak yang sudah berangkat mencari penumpang.
Sesekali lewat sebuah andong yang sedang melatih kudaβ.
Sampailah di rumah seorang pria kusir andong yang kebetulan sedang libur menarik andong. Lelaki ramah bernama Suhardiman (40) ini mengaku sedang mengistirahatkan kudanya sambil mengecek kondisi kereta andongnya.
"Ini istirahatkan kudanya, sambil membetulkan roda andongnya," kata Suhardiman.
Suhardiman memiliki 4 kereta dan 6 ekor kuda. Dia bersama 4 saudara lelakinya berprofesi sebagai kusir kuda mengikuti jejak sang ayah.
"Kalau bapak masih ngglidik (bekerja) tapi hanya kalau gluduk (kadang-kadang)," imbuhnya.
Di belakang rumahnya terdapat kandang kuda sederhana berukuran sekitar 10x6 meter. Semua kudanya tampak sehat dan gemuk. Bahkan salah satunya baru saja melahirkan.
"Ini baru saja lahir, jantan. Baru 22 hariβ," tuturnya sambil mengelus kuda yang tampak sangat lincah itu.
(sip/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini