Sri Sultan Hamengkubuwono Xβ menyampaikan pidatonya di depan ribuan warganya di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Sabtu (7/3/2015) sore. Dalam pidatonya tersebut, Sultan mengajak warganya untuk ikut bersamanya membawa nilai keistimewaan Yogyakarta dalam kehidupan sehari-hari.
"Sanggupkan saudara-saudaraku, seluruh warga Yogyakarta bersama saya bahu membahu, membumikan nilai-nilai keistimewaan dalam kehidupan nyata. Tidak hanya bangga menyandang nama istimewa tanpa makna berartiβ?"β seru Sultan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sultan juga menjelaskan makna Logo Yogyakarta yang baru. Dengan menggunakan huruf kecil, melambangkan kesetaraan, egaliter, dan kesetiakawanan Keraton Yogyakarta dengan rakyat Yogyakarta.
Sedangkan warna merah raja melambangkan keberanian yang sebenarnya telah ditunjukkan sejak masa kemerdekaan RI.
Sultan juga meminta aparat daerahnya untuk menghidupkan kembali budaya di perkampungan.
"Hidupkan kembali kantong-kantong budaya di kampung,"β kata Sultan.
Sedangkan dalam memperingati jumenengan atau naik tahta ke-26. Sultan menyatakan komitmennya untuk bertahta demi kesejahteraan rakyat Yogyakarta.
Dalam acara ini diserukan juga gerakan Jogja Gumregah. Sultan menjelaskan pasca gempa meluluhlantakkan Yogyakarta pada 2006, dan disusul terbitnya UU Keistimewaan Yogyakarta, banyak yang menganggap perjuangan rakyat Yogya telah usai.
"Selama 3 tahun seperti dibuai zona nyaman. Masa depan adalah musuh, karena membuat kita tertidur," ujarnya.
"Jogja Gumregah bukan kata benda dan wacana, tapi kata kerja dan berlanjut aksi masa untuk mewujudkannya,"β imbuh Sultan.
Dalam kesempatan ini, Sultan juga mengingatkan agar peraturan mengenai periklanan dan lalu lintas di Yogyakarta diperketat.
"Perda tentang periklanan hendaknya diatur lebih ketat. Satpol PP kecamatan hendaknya diberi kewenangan penertiban atas iklan-iklan itu,"β kata Sultan.
(sip/gah)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini