Hal itu disampaikan Kuasa Usaha Ad-interim (KUAI) KBRI Den Haag Ibnu Wahyutomo saat menerima kunjungan 5 mahasiswa International Relations and Diplomacy pada Leiden University, Rabu (25/2/2015) waktu setempat.
Kelima mahasiswa tersebut adalah Pietro Moro (Amerika Serikat), Neel Baruah (India), Thijs Bonenkamp, Denise de Buck (Belanda) dan Fathania Queen Genisa (Indonesia).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya KUAI secara garis besar menjelaskan tujuan dan strategi diplomasi publik terkait dengan promosi ekonomi, demokrasi, dan peningkatan hubungan antar masyarakat melalui berbagai kegiatan yang menyertakan konstituen baik dari luar negeri maupun dalam negeri.
"Karakteristik penduduk suatu negara tentu mempengaruhi pendekatan yang harus dilakukan untuk memenangkan hati mereka, seperti yang dilakukan Indonesia di Belanda," demikian KUAI.
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat itu KUAI juga menjelaskan mengenai kerukunan kehidupan beragama di Indonesia, termasuk isu Islam.
Menurut KUAI, karakteristik dan praktik Islam di Indonesia yang merupakan Islam jalan tengah, Islam yang moderat, sebagai salah satu aset diplomasi publik.
Dipaparkan juga bahwa dalam tanggung jawabnya untuk perdamaian dunia Indonesia aktif melakukan dialog lintas agama dengan 25 negara mitra. Bahkan pada Agustus 2014 lalu Indonesia menjadi tuan rumah Global Forum ke-6 United Nations Alliace of Civilizations.
KUAI juga menegaskan bahwa untuk menjangkau publik luas dalam era digital saat ini, Kemlu RI dan KBRI Den Haag juga menggunakan website dan media sosial dalam menyosialisasikan kegiatan dan capaiannya.
"Media ini penting untuk menjalin kemitraan dengan masyarakat dan konstituen KBRI," pungkas KUAI.
Kunjungan mahasiswa Leiden University tersebut dimaksudkan sebagai bagian dari tugas mereka dalam mata kuliah Trends in Public Diplomacy. KUAI Ibnu Wahyutomo dalam pertemuan itu didampingi beberapa staf KBRI.
(es/es)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini