Ketika blusukan atau menangani permasalahan di lapangan, Risma pun tak cuma sekedar memberikan komanda. Tetapi, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini ikut kerja.
Misalnya saat hujan deras, Risma yang setia menggenggam Handy Talkie (HT) ini langsung meluncur keliling kota. Selain ke pintu air, Risma juga mendatangi kawasan yang dilaporkan terjadi genangan air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ibu langsung meluncur dan turun ke lapangan saat itu juga," kata Kabag Humas Pemkot Surabaya M Fikser yang selalu mendampingi ke manapun wali kota blusukan.
Ada cerita menarik saat itu. Ketika wali kota sedang membersihkan lubang pembuangan di pedestrian yang tersumbat sampah, tiba-tiba datang seseorang pria yang mengaku warga Keputran.
"Orang itu langsung mendamprat ibu. Ibu gimana ini, saluran ini jarang dibersihkan hingga mampet begini," teriak orang itu kepada wali kota yang sedang mengaduk-aduk lubang pembuangan air yang penuh sampah plastik.
Risma yang tengah sibuk mengambil sampah berusaha tidak terpancing emosinya. Bahkan yang emosi adalah para petugas pasukan kuning yang ikut bersama wali kota membersihkan sampah.
Sebagai pasukan kuning yang rutin membersihkan sampah di sepanjang Jalan Urip Sumoharjo pantas tersinggung. Sebab sampah yang menyumbat saluran pembuangan itu juga akibat ulah warga yang kerap membuang seenaknya.
"Mestinya ikut turun membersihkan bukan hanya memarahi wali kota. Kita ini setiap hari membersihkan jalur sini tapi orang tetap saja membuat seenaknya," kata Fikser menirukan omelan sang pasukan kuning.
Menurut Fikser, wali kota saat itu tidak marah ataupun tersinggung. Sebab sebagai pemerintah sudah tugasnya memberikan pelayanan maksimal kepada warga, meskipun risikonya tetap mendapat cemooh walaupun kerja keras sudah dilakukan.
Banyak kejadian yang membuat para pendamping wali kota Risma gregetan plus tersenyum. Belum lama, masih saat hujan terjadi kemacetan lalu lintas di sekitar Jalan Pahlawan.
Risma yang saat itu mengenakan jas hujan turun untuk membantu kelancaran lalu lintas. Ada yang lucu, seorang pengendara turun dan memarahi Risma karena dinilai sebagai pemicu kemacetan.
"Saya dikira jukir liar, ya saya kan pakai jas hujan," kata Risma yang menceritakan kenangan lucu saat ditemui di Balai Kota Surabaya. Pria berambut cepat itu marah-marah, namun Risma diam saja.
Suasana berbalik 360 derajat tatkala Risma membuka kerudung jas hujannya. Sontak, sang pria itu langsung meminta maaf berulang kali.
"Aku ndak marah kok, sudah biasa kok aku dimarahi orang. Niatku cuma membantu orang," kata Risma.
Memang diaku, Risma setiap kali blusukan tidak pernah diikuti wartawan atau bahkan mengajak wartawan. Sebab Risma tidak bisa konsentrasi bila ada wartawan.
"Aku mben dino (tiap hari) blusukan tapi kan wartawan tidak tahu. Begini lo, bukannya aku nggak mau ada wartawan, tapi kalau aku bekerja terus ditanya-tanyai aku jadi hilang konsentrasi," kata Risma.
Namun, Risma berjanji akan mengajak wartawan untuk ikut blusukan nantinya. Tapi, Risma memberikan satu syarat wajib yang harus dipenuhi dan disepakati wartawan. Apa itu?
"Di saat aku kerja atau melakukan sesuatu jangan ada yang tanya satu pun. Kalau sudah selesai, baru silakan tanya-tanya. Gitu ya," kata Risma.
Kontan wartawan yang mengerubuti Risma saat meninjau Taman Surya pun kompak menjawab "Setuju!".
(gik/try)