Ini Mayor Akal, Pilot Hercules yang Pertama Kali Temukan Mayat di Selat Karimata

Ini Mayor Akal, Pilot Hercules yang Pertama Kali Temukan Mayat di Selat Karimata

- detikNews
Rabu, 31 Des 2014 19:54 WIB
Jakarta -

Pesawat Hercules C-130 dengan nomor A-1319 merupakan pesawat pertama yang berhasil menemukan jenazah korban Pesawat AirAsia di selatan Perairan Pangkalan Bun. Adalah Mayor Pnb Akal Juang yang pada saat itu menjadi pilot Hercules A-1319 itu.

Pencarian hari ketiga, Selasa (30/12), beberapa pesawat TNI AU berhasil menemukan serpihan-serpihan pesawat AirAsia yang lost contact, termasuk Hercules A-1319. Namun penemuan mayat pertama kali didapat oleh pesawat Hercules ini.

Akal adalah Perwira TNI lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1998 yang melanjutkan pendidikan di Sekolah Penerbang dan lulus pada tahun 2000. Pertama kali berdinas, Akal bergabung dengan Skuadron Udara 17 Halim Perdanakusuma, Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadi penerbang pesawat Hercules sudah ia lakukan sejak awal kariernya hingga saat ini Akal telah memiliki 5.000 lebih jam terbang. Sekarang dia pun mengabdi pada Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma.

Pria kelahiran Yogyakarta 22 November 1977 itu tak hanya sekali dua bertugas dalam operasi SAR. Ada beberapa yang dia ingat seperti saat mencari kapal hilang di Papua dan operasi kemanusiaan dalam bencana Tsunami Aceh lalu.

Dalam misi SAR mencari pesawat hilang, menurut Akal informasi mengenai pesawat tersebut sangatlah diperlukan. Hal tersebut sangat berguna untuk menentukan kemungkinan di mana letak jatuhnya pesawat.

"Sebelum berangkat harus banyak info yang kita pegang terutama lokasi yang akan kia cari. Informasi cuaca juga penting, lalu berapa lama jarak waktu kejadian sampai kita mau ke sana," ujar Akal kepada detikcom di Lanud Halim Perdanakusuma, Rabu (31/12/2014).

Memperhatikan fenomena cuaca setempat disebut Akal menjadi salah satu prioritas. Seperti kecepatan arus air dan angin di lokasi yang diprediksi menjadi tempat pesawat hilang.

"Misal kejadian ada di utara suatu pulau, arus dari utara ke selatan atau kecepatannya berapa knot, karena pasti (obyek) akan bergeser. Kita juga harus tahu rute pesawat tersebut dari mana mau kemana jadi kita bisa perkirakan, termasuk soal kapan lost contactnya," jelas bapak 2 anak itu.

Dengan adanya perhitungan-perhitungan itu, maka tim pencari akan bisa memperhitungkan di mana kemungkinan obyek akan ditemukan. Pilot SAR pun harus bisa memposisikan diri sebagai pilot pesawat yang tengah dicari untuk memprediksi ke mana pesawat akan berusaha menyelamatkan diri jika ada penyimpangan yang terjadi.

"Kita harus berpikir sebagai pilot tersebut. Kita harus perhitungkan kemana pilot akan pergi jika ada penyimpangan dan hal darurat, mereka pasti akan cari bandara terdekat. Kita perhitungkan rute itu," tutur Akal.

"Karena rata-rata perencanaan pilot itu sama. Jalur-jalu atau traffic kan sama. Soal awan juga perlu tahu, kita harus bayangkan rute yang akan dilalui pilot itu jika ada halangan lewat mana. Kan sama aja kayak kita naik mobil, misal di suatu daerah ada jembatan ambruk maka sopir akan cari jalur alternatif lain," sambung pria yang besar di Gresik ini.

Atas pertimbangan dan langkah-langkah tersebut Akal bersama timnya sudah sejak hari pertama pencarian, yaitu beberapa jam setelah Pesawat AirAsia QZ8501 hilang contact, telah mendeteksi lokasi jatuhnya pesawat. Hercules A-1323 yang Akal terbangkan saat itu merupakan pesawat pertama yang melakukan pencarian.

Sayang pencarian Akal bersama tim belum membuahkan hasil karena besarnya area yang harus disisir dengan keterbatasan armada. Selain itu juga karena kemungkinan obyek masih berada di dalam laut dan belum naik ke permukaan.

"Hari kedua dan berikutnya area pencarian diperluas, ada pembagian lokasi penyusuran dengan pesawat lainnya. Tapi kami sudah yakini lokasi ada di area itu makanya kami insist tetap menyusuri terus dia situ karena kami yakin. Hanya menunggu waktu saja," tutup Akal.

(ear/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads